JAKARTA, KOMPAS.com – Jika dibiarkan, stres bisa berkembang menjadi stres akut yang berdampak serius, tidak hanya pada kondisi mental, tapi juga pada kesehatan fisik.
Psikolog Irma Gustiana menjelaskan, banyak orang yang datang ke psikolog dengan disertai keluhan fisik sebenarnya sedang mengalami stres yang tidak terselesaikan.
“Kebanyakan klien aku yang butuh bantuan psikolog itu pasti ada gangguan ke kondisi fisik. Artinya, kondisi kesehatan mental itu sangat berpengaruh pada kesehatan badan,” ujar Irma dalam acara Media Gathering #TenangBersamaBlueBird, di Jakarta Selatan, Kamis (17/10/2025).
Menurut Irma, stres akut sering muncul dari pola hidup yang terlalu memaksakan diri untuk terus produktif tanpa memberi jeda istirahat.
Ia menyebutkan, fenomena ini mirip dengan burnout, kondisi stres berkepanjangan yang membuat seseorang kehilangan motivasi dan semangat hidup.
“Burnout itu sebetulnya stres berkepanjangan tapi kita enggak pernah ambil jeda dan istirahat. Jadi rasanya harus produktif terus dan siklus hidupnya terus monoton,” jelasnya.
Kondisi tersebut dapat membuat seseorang terus berada dalam tekanan tinggi, seolah tidak ada ruang untuk bernapas. Lambat laun, stres ini tidak hanya memengaruhi pikiran, tapi juga mulai berdampak pada tubuh.
Irma menuturkan, banyak kasus stres yang berujung pada gangguan fisik serius.
“Beberapa klien aku itu datang dengan gerd yang parah, migran, vertigo, dan lain sebagainya. Sering kali itu adalah emosi yang terpendam lama dan tidak diakses,” katanya.
Menurutnya, tubuh memiliki cara sendiri untuk menunjukkan, seseorang sedang tidak baik-baik saja.
Ketika emosi terpendam terlalu lama tanpa saluran yang sehat, tubuh bisa bereaksi dengan cara membuat seseorang sakit secara fisik.
“Selama ini mereka ingin cerita tapi takut di-judge, tidak tahu mau cerita ke siapa, atau bingung kapan harus ke profesional,” tambah Irma.
Kondisi tersebut membuat stres semakin menumpuk dan akhirnya menimbulkan reaksi fisik yang lebih berat.
Tidak semua stres berdampak negatif. Menurut Irma, stres ringan justru bisa membantu seseorang tetap produktif karena tubuh dan pikiran terpicu untuk bertindak.
Meski begitu, ketika stres sudah melampaui batas, efeknya bisa membahayakan kesehatan dan menghambat produktivitas.
“Stres ringan bikin kita produktif, tapi stres yang kadarnya sudah berat bisa bahaya untuk fisik, mental, dan psikologis. Stres akut ini juga bisa mengganggu produktivitas sehari-hari,” ujar Irma.
Ia menjelaskan, seseorang yang mengalami stres berat cenderung kehilangan fokus, mudah lelah, dan sulit menikmati aktivitas yang sebelumnya disukai. Bahkan, kondisi ini bisa memperburuk hubungan sosial karena emosi yang tidak stabil.
Irma mengingatkan pentingnya langkah pencegahan atau mitigasi stres sejak dini agar tidak berkembang menjadi stres akut.
Salah satu caranya adalah dengan mengenali tanda-tanda stres dan memberi waktu untuk diri sendiri beristirahat dari rutinitas yang melelahkan.
“Harus berhati-hati sekali untuk kita memitigasi diri sendiri dan mencegah stres akut agar ke depannya sehat, senang, dan lancar beraktivitas,” ungkapnya.
Selain itu, Irma menyarankan untuk tidak ragu mencari bantuan profesional jika merasa kesulitan menghadapi tekanan emosional.
Ia menilai, berbicara dengan psikolog bukan tanda kelemahan, melainkan langkah penting untuk menjaga keseimbangan antara kesehatan mental dan fisik.
Stres akut bukanlah hal yang bisa diabaikan begitu saja. Ketika tubuh mulai menunjukkan tanda-tanda kelelahan ekstrem, seperti sakit kepala berkepanjangan, gangguan pencernaan, atau sulit tidur, hal itu bisa jadi sinyal bahwa pikiran sedang tidak baik-baik saja.
Irma menegaskan, keseimbangan antara pikiran, emosi, dan tubuh adalah kunci untuk menjaga kesehatan jangka panjang.
https://lifestyle.kompas.com/read/2025/10/22/200500820/stres-akut-bisa-ganggu-kesehatan-mental-dan-fisik-ini-penjelasan-psikolog