Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Beri Tampilan Alami, Pesona Wig dari Rambut Asli Kian Diminati

KOMPAS.com - Wig bukan lagi sekadar aksesori gaya yang dipakai untuk berganti penampilan. Berkat kemajuan teknologi dan penggunaan rambut manusia berkualitas tinggi, wig mampu tampil begitu natural hingga sulit dibedakan dari rambut asli. 

Pendiri salon penyedia wig berkualitas Beauty Crown, Peggy Widjaja, mengatakan, wig dari rambut asli manusia memiliki banyak keunggulan.

"Teksturnya rambutnya lembut, mudah diatur, dan bisa ditata layaknya rambut sendiri. Bahkan bisa kita keriting, catok, atau ganti-ganti warna cat rambutnya," kata Peggy saat berbincang dengan KOMPAS Lifestyle di sela acara pembukaan salon kedua Beauty Crown di Kelapa Gading Jakarta Utara (22/10/2025).

Tampilan yang alami seperti layaknya rambut asli membuat banyak orang yang tak ragu lagi memilih wig. Menurut Peggy, hal ini berbeda dengan era sekitar 10 tahun lalu di mana kebanyakan wig masih menggunakan rambut sintetis.

"Kalau wig dengan rambut sintetis itu gampang kusut dan tampilannya mengkilat, jadi kelihatan seperti pakai rambut palsu," tuturnya.

Peggy yang sudah berbisnis wig sejak 12 tahun lalu ini mengatakan, salonnya tidak hanya menyediakan wig, tapi juga hair clip dan wig toupee atau wig kecil untuk bagian atas kepala.

Jenis wig yang dijual juga bermacam-macam, mulai dari wig yang penuh satu rambut, model sanggul, ponytail (ekor kuda), hingga wig yang bisa dibuka pasang di topi.

"Kami memakai 100 persen rambut asli manusia yang dijahit satu persatu. Bahkan pelapisnya mirip dengan kulit kepala jadi memang hasilnya benar-benar blend dengan rambut asli," kata Peggy.

Selain modelnya yang beragam, wig yang disediakan juga bermacam-macam mulai dari yang harga ratusan ribu hingga belasan juta rupiah.

"Kami inginnya setiap konsumen yang datang bisa tetap merasa cantik dengan budget yang ada," ujarnya.

Wig membantu meningkatkan rasa percaya diri

Wig tidak tak hanya populer di dunia fashion, tapi juga bagi mereka yang membutuhkan solusi nyata untuk mengembalikan rasa percaya diri. 

Bagi pasien kanker yang kehilangan rambut akibat kemoterapi atau penderita autoimun seperti alopecia, wig modern hadir bukan hanya sebagai pelengkap penampilan, melainkan juga sumber kenyamanan dan kepercayaan diri baru.

"Banyak sekali yang datang ke sini adalah pasien-pasien kanker yang sedang kemo, mulai dari orang tua, bahkan ada yang masih remaja dan anak-anak," tutur Peggy.

Selain itu, banyak orang yang berusia paruh baya yang mulai mengalami kebotakan di bagian tertentu kepalanya dan membutuhkan wig.

"Wig memang sudah jadi kebutuhan, sama seperti orang yang pakai skincare. Bagaimana pun rambut adalah mahkota, banyak orang yang jadi tidak percaya diri bahkan ingin bunuh diri gara-gara rambutnya," ujarnya.

Untuk mendapatkan tampilan wig yang sesuai dengan kebutuhan, Beauty Crown menyediakan layanan konsultasi untuk konsumennya.

Peggy juga menyebut, salonnya memiliki layanan menyeluruh untuk perawatan rambut, termasuk gunting, pewarnaan, hingga hair extention.

Khusus untuk pembelian wig, Beauty Crown juga memberikan layanan purna pembelian, termasuk perawatan wig.

"Kalau wig nya mulai rontok, bisa dibawa ke sini untuk dijahit lagi dengan rambut yang baru, atau wig nya mau digunting atau diwarnain. Bisa refund juga kalau merasa tidak cocok," katanya.

https://lifestyle.kompas.com/read/2025/10/23/200400920/beri-tampilan-alami-pesona-wig-dari-rambut-asli-kian-diminati

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com