Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Berkaca dari Raisa dan Hamish Daud, Psikolog Ingatkan Dampak Komentar Netizen bagi Kesehatan Mental

KOMPAS.com – Perceraian Raisa dan Hamish Daud dikonfirmasi berdasarkan gugatan cerai Raisa melalui sistem e-court di Pengadilan Agama Jakarta Selatan pada Rabu (22/10/2025).

Keputusannya untuk mengakhiri pernikahan setelah delapan tahun bersama mengejutkan publik. Terlebih, pasangan tersebut sering dijadikan panutan oleh warganet di media sosial.

  • Belajar dari Perceraian Raisa dan Hamish Daud, Psikolog Ingatkan Media Sosial Bukan Tolok Ukur Hubungan
  • Seperti Raisa dan Hamish Daud, Mengapa Banyak Pasangan Terlihat Harmonis tapi Akhirnya Cerai?

Psikolog Klinis Winona Lalita R., M.Psi., Psikolog mengingatkan, setiap orang, termasuk figur publik, mungkin menjadi obyek reaksi publik yang kemudian memberi tekanan tambahan pada kondisi emosional mereka.

“Ada satu studi tahun 2022 tentang parasocial aggression. Intinya adalah reaksi dari publik itu bisa menimbulkan ataupun menambah stres bagi public figure yang sedang dalam proses berpisah,” ujar Winona saat diwawancarai Kompas.com, Senin (27/10/2025).

Winona menjelaskan, meski netizen atau warganet tidak memiliki akses langsung ke figur publik untuk didengar, mereka tetap memiliki peranan dalam kesehatan mental sang individu.

“Meskipun netizen tidak punya akses secara langsung untuk didengar oleh public figure tersebut, tapi perlu disadari bahwa mereka juga andil dalam kesehatan mental si public figure,” jelasnya.

Contohnya, ketika seseorang yang sedang menghadapi masalah, khususnya yang bersifat sangat pribadi seperti rumah tangga, mendapati komentar dari orang tak dikenal, hal itu bisa menimbulkan rasa tidak nyaman.

“Bayangkan saja kalau kita ada masalah, lalu ada orang tidak dikenal tiba-tiba berkomentar, itu pasti rasanya tidak nyaman,” lanjut Winona.

Ia menambahkan, komentarnya mungkin tampak ringan atau sekadar pertanyaan di media sosial, tapi dampak dari ketikan atau komentar tersebut pada orang yang mengalaminya bisa jauh lebih besar daripada yang terlihat.

“Meski hanya berkomentar menanyakan alasan dibalik perceraiannya atau menyayangkan keputusannya, tapi kita tidak pernah tahu dampak dari ketikan atau komentar tersebut pada orang yang mengalaminya,” jelas Winona.

Menurut Winona, menghadapi masalah rumah tangga adalah hal yang sangat sensitif. 

Oleh karena itu, saat seseorang berada dalam proses perceraian, reaksi publik yang cepat mengambil kesimpulan atau menyebar narasi yang belum terbukti bisa sangat merugikan.

“Mengalami permasalahan rumah tangga itu sangat sensitif sehingga sebaiknya ditahan dulu ketikannya, jangan cepat mengambil kesimpulan dari apa yang kita konsumsi di media sosial,” ujar Winona.

Ia menekankan, sebagai warganet juga harus aktif melakukan pengecekan fakta terhadap narasi yang beredar agar tidak menjadi bagian dari rantai yang memperkeruh kondisi korban atau pihak yang sedang mengalami.

“Sebagai netizen, kita juga perlu cek fakta dari narasi yang beredar, jangan sampai termakan hoaks dan memicu spekulasi baru yang memperkeruh kondisi,” tuturnya.

Kasus Raisa dan Hamish menyangkut figur publik besar, tapi prinsipnya berlaku bagi siapa pun yang dapat menjadi target komentar warganet, baik figur publik maupun orang biasa yang kisah pribadinya tersebar luas. 

Winona mengajak semua pihak untuk lebih bijak dalam memberi komentar. Berikut beberapa hal yang bisa dilakukan agar menjadi pengguna media sosial yang bijak.

  1. Pikirkan sebelum menulis komentar. Apakah kita benar-benar tahu seluk-beluk situasi orang tersebut atau hanya melihat tampilan di luar?
  2. Hindari spekulasi atau menyebar narasi tanpa data. Penasaran boleh, kritik boleh—tapi jangan menyudutkan atau menghukum melalui komentar tak berdasar.
  3. Sadar bahwa unggahan media sosial hanyalah potongan kecil dari kehidupan seseorang,  fakta sebenarnya jauh lebih kompleks.

Dengan sikap demikian, kamu bisa menjadi bagian dari lingkungan daring yang mendukung, bukan menambah tekanan bagi orang yang sedang dalam masa sulit.

Meski publik melihat Raisa dan Hamish sebagai pasangan ideal dengan rumah tangga penuh cinta, keputusan mereka untuk berpisah mengingatkan kita bahwa apa yang tampak dari luar belum tentu mewakili kondisi di dalam.

Komentar dan reaksi warganet yang muncul dalam momen seperti ini juga menunjukkan bahwa dunia maya memiliki dampak nyata terhadap kesehatan mental seseorang.

Winona berharap, pengalaman ini bisa menjadi pelajaran bagi publik untuk tidak terlalu cepat menilai dan lebih sering bertanya atau berpikir.

Tak hanya itu, sangat penting untuk memberi ruang bagi mereka yang menjalani proses pribadi agar dapat pulih dengan lebih baik, tanpa tambahan beban dari luar.

  • 9 Gaya Kasual Raisa dengan Rok dan Mini Dress, Bisa Jadi Inspirasi
  • Raine Beauty Rilis The Daily Skin Drops, Bisa Makeup Natural ala Raisa

https://lifestyle.kompas.com/read/2025/10/29/123500820/berkaca-dari-raisa-dan-hamish-daud-psikolog-ingatkan-dampak-komentar

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com