KOMPAS.com – Preferensi konsumen Indonesia terhadap nilai dan harga produk kecantikan semakin terlihat jelas beberapa tahun terakhir.
Riset Mintel Global Consumer mencatat bahwa 91 persen perempuan di Indonesia membandingkan harga produk kecantikan sebelum memutuskan untuk membeli.
Selain itu, 84 persen konsumen yang memilih bertransaksi ketika ada potongan harga menunjukkan bahwa pertimbangan nilai masih menjadi faktor utama di pasar.
Fenomena tersebut mencerminkan sikap konsumen yang semakin rasional. Produk kecantikan tidak lagi hanya dipilih karena citra merek atau popularitas, tetapi juga karena keseimbangan antara harga dan manfaat yang ditawarkan.
Dengan kata lain, bagi konsumen, nilai adalah bagian penting dari pengalaman berbelanja.
Tren tersebut pun mendorong pelaku industri untuk menyesuaikan strategi mereka.
Transparansi harga, kemudahan akses informasi, hingga kejelasan manfaat produk menjadi aspek yang semakin diperhatikan.
Konsumen kini lebih kritis dan menuntut agar setiap biaya ataupun klaim produk bisa dipertanggungjawabkan.
Sejalan dengan tren tersebut, proyeksi pasar juga menunjukkan peluang besar. Berdasarkan data Direktorat Jenderal Industri Kecil, Menengah, dan Aneka (Ditjen IKMA) Kementerian Perindustrian, nilai pasar kosmetik lokal tahun 2025 diperkirakan mencapai 9,7 miliar dollar AS atau sekitar Rp 158 triliun.
Dengan demikian, pertumbuhan itu membuka ruang bagi brand yang mampu menghadirkan layanan dan produk dengan harga jelas serta manfaat terukur. Salah satu contoh klinik kecantikan yang mengusung konsep ini adalah Raraysae Beautycare.
Beauty care dari Bandung itu mengusung konsep layanan kecantikan yang menekankan pada transparansi biaya. Sistem pembayaran dibuat sederhana tanpa tambahan biaya di luar yang sudah ditentukan sejak awal.
“Banyak orang ingin merawat diri, tapi terhalang oleh biaya mahal dan sistem yang rumit. Dari situ, kami memutuskan untuk membuat konsep yang lebih sederhana dan transparan,” ujar Manager Operasional Raraysae Beautycare Rendy Dewantara dalam rilis pers yang diterima Kompas.com, Jumat (28/11/2025).
Klinik tersebut juga mulai menggunakan AI 3D Technology untuk menganalisis wajah dan tubuh. Teknologi itu dipakai sebagai alat bantu agar perawatan bisa lebih terukur.
“Kami ingin teknologi canggih terasa dekat dengan masyarakat. Dengan cara ini, pelanggan bisa merasakan manfaat nyata tanpa prosedur medis yang menegangkan,” jelas Rendy Dewantara.
Setiap outlet dirancang dengan tampilan modern dan mudah diakses. Prinsip yang dibawa adalah memberikan layanan sesuai harga yang tercantum tanpa tambahan biaya tersembunyi.
“Slogan ‘Raraysae, Didieu Weh’ bukan hanya tagline, melainkan representasi dari kedekatan dan kesederhanaan yang kami tawarkan,” tutur Rendy Dewantara.
Dengan demikian, keterbukaan biaya, pemanfaatan teknologi, dan kenyamanan fasilitas menjadi faktor penting dalam membentuk kepercayaan konsumen.
Tren tersebut juga menandai pergeseran perilaku masyarakat yang semakin menuntut layanan sederhana, jelas, dan mudah dijangkau dalam industri kecantikan yang terus berkembang.
https://lifestyle.kompas.com/read/2025/12/03/150200020/raraysae-beautycare-hadirkan-teknologi-ai-3d-dan-transparansi-harga