DEPOK, KOMPAS.com - Beberapa orangtua, serta kakek dan nenek, sering menjadikan gawai sebagai penyelamat instan ketika si kecil sedang rewel, atau mereka sedang sibuk sehingga tidak bisa menemani bermain.
Kendati demikian, paparan waktu layar atau screen time memberikan efek negatif pada otak manusia, dengan anak berusia di bawah dua tahun menjadi kelompok paling berisiko terhadap dampak screen time.
Paparan screen time mengurangi kuantitas dan kualitas interaksi anak dengan orangtua dan orang dewasa di sekitar mereka, sehingga memengaruhi perilaku bermain anak.
Manager Operasional HappyKids Daycare, Devianty, menuturkan bahwa menitipkan anak ke daycare bisa membantu mengatasi permasalahan screen time pada anak.
“Bisa banget karena di daycare itu rutinitasnya akan padat, bervariasi, dan menarik. Tapi, kalau di daycare, ini juga tergantung daycare-nya apakah mereka perlu screen time (saat beraktivitas) atau tidak, karena ada daycare yang memang tidak ada screen time sama sekali,” ucap dia kepada Kompas.com di HappyKids Daycare cabang Sukatani, Tapos, Kota Depok, Kamis (4/12/2025).
Banyak yang mengira, ketika orangtua menitipkan anak ke daycare, pihak daycare akan membebaskan anak untuk melakukan apapun di sana.
Padahal, daycare juga punya aktivitas yang perlu diikuti oleh anak-anak. Padat atau tidaknya rutinitas itu bervariasi antara satu daycare dengan yang lainnya.
Kata Devianty, berbagai macam aktivitas yang sudah disusun oleh daycare berdasarkan kategori usia anak yang dititipkan, bisa membuat anak yang sebelumnya sudah terpapar screen time, jadi lupa dengan gawai.
“Mereka akan lebih asyik sama kegiatan-kegiatan harian di daycare tersebut,” ujar dia.
Untuk jenis kegiatannya sendiri, semuanya sudah memenuhi stimulasi yang diperlukan oleh anak supaya bisa berkembang dengan optimal, seperti sensorik, serta motorik halus dan kasar.
Beberapa kegiatannya mencakup bernyanyi bersama sambil meniru gerakan yang dicontohkan oleh para pengasuh, membaca buku bersama-sama, story telling, read aloud, serta melakukan eksperimen sains seperti membuat gelembung udara dan erupsi gunung meletus.
“Misalnya juga menempel origami, mencocokkan huruf, angka, warna, belajar berhitung sederhana kayak menghitung bola untuk sekaligus memperkenalkan angka,” ungkap Devianty.
Ia melanjutkan, ragam aktivitas seru di daycare sering kali membuat anak meminta orangtua mengulangnya di rumah, yang berujung pada tidak adanya atau minimnya screen time.
Harus rutin dan konsisten
Ketika anak jarang menggunakan screen time di daycare, orangtua juga bisa menirunya, tetapi harus rutin dan konsisten.
Misalnya, pada jam-jam tertentu di daycare, anak sudah terbiasa bahwa mereka harus makan, tidur, dan bermain. Jadi, di luar jam yang sudah ditentukan, mereka tidak akan melakukan kegiatan lain.
Penerapan yang serupa di rumah bakal semakin membantu anak lupa dengan gawai.
“Tapi kembali lagi, orangtua juga harus konsisten di rumah. Jangan sampai di daycare sudah penuh dengan kegiatan, di rumah dikasih lagi gawai. Jadi biar kita selaras,” kata Devianty.
Tak perlu khawatir dengan aktivitas yang padat
Beberapa orangtua mungkin khawatir anak akan kelelahan dan kebingungan dengan aktivitas yang padat. Namun, mereka tidak perlu khawatir.
“Karena di daycare, mereka menerapkan metode pembelajaran yang menyenangkan. Jadi anak bermain sambil belajar. Jadi, sepadat itu jadwalnya, mereka tetap senang,” jelas Devianty.
Meskipun dari pagi sampai siang penuh dengan kegiatan, anak tidak akan merasa bosan karena cara belajarnya tidak sekaku di jenjang pendidikan formal seperti SD, SMA, dan SMA atau SMK.
“Dan walaupun masih setahun, apalagi di bawah setahun, dengan kegiatan yang banyak itu tidak akan menghambat perkembangan, malah mempermudah perkembangan. Semakin banyak stimulasi, semakin baik,” ucap dia.
https://lifestyle.kompas.com/read/2025/12/06/151500920/menitipkan-anak-ke-daycare-bantu-anak-terhindar-screen-time-berlebih-kok