Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Cerita Ansharuddin Melihat Tekad Ira Mengasuh Dua Anak dan Menjadi Ibu Bekerja

Namun bagi Ansharuddin Al Haq, semua perjuangan itu terlihat begitu jelas melalui sosok istrinya, Ira Farmawati.

"Perjuangannya sebagai ibu sangat banyak effort yang harus dikeluarkan baik itu sebelum berkarir atau bahkan setelah berkarir, di mana selalu ada untuk anak anak saya terutama si cikal yang special dan aktif sekali dari jaman balita. Saya tau capeknya seperti apa dan saya bisa rasakan terutama mengingat latar belakang sang istri yang merupakan anak tunggal," ungkap Ansharuddin saat dihubungi Kompas.com, belum lama ini.

Setiap hari, ia menyaksikan bagaimana Ira membagi tenaga, waktu, dan perasaan untuk keluarga, bekerja, dan dirinya sendiri, meski sering ia sendiri tidak punya ruang untuk beristirahat.

Menjadi support system untuk istri ASN dengan dua anak

Ira adalah seorang ASN di Pekalongan sekaligus ibu dari dua anak, salah satunya memiliki Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD).

Sejak awal memiliki anak, Ansharuddin melihat bahwa proses menjadi ibu bukan sekadar tugas biologis, tetapi perjalanan emosional yang panjang.

Menurutnya, Ira selalu menaruh effort besar dalam mengasuh anak-anak, bahkan sebelum ia meniti karier.

Ia menyebut Ira terus berkembang menjadi ibu yang lebih sabar dan ulet, meski ia sendiri seorang introvert yang sebenarnya membutuhkan waktu untuk memulihkan energi.

Namun demi anak-anak, banyak hal yang harus ia korbankan, termasuk me time yang sering kali hanya bisa dicuri-curi di tengah padatnya rutinitas.

"Kesabaran, ketekunan, dan semua effort yang dibutuhkan harus dikali dua karena adanya anak anak, tapi tetap istri jalani dengan baik dan terkadang momen me time sebagai introvert harus dikorbankan, karena harus ekstra dalam mengasuh dan membagi waktu dengan pekerjaan. Sejauh ini istri selalu berusaha memberikan yang terbaik dan berusaha," imbuhnya.

Momen berat yang tak pernah dilupa

Salah satu fase paling menguras tenaga adalah ketika Ira memutuskan untuk mengikuti seleksi CPNS.

Saat itu, ia sedang mengandung anak kedua.

Ira harus belajar di tengah kondisi fisik yang mudah lelah, melakukan persiapan tes sambil tetap mengurus anak, dan akhirnya menghadapi ujian tak lama setelah melahirkan.

"Perjuangannya luar biasa. Ia belajar sambil mengandung, dan tetap menjalani tes ketika tubuhnya belum sepenuhnya pulih setelah melahirkan. Itu momen di mana saya sangat melihat betapa kuatnya dia," kata Ansharuddin.

Bagi Ansharuddin, perjalanan itu bukan hanya soal meraih pekerjaan tetap, tetapi tentang tekad Ira untuk memberi kehidupan yang lebih stabil bagi anak-anak.

Di situ ia melihat betapa Ira selalu mengutamakan masa depan keluarga, meski dirinya sendiri berada dalam situasi penuh tekanan.

Berusaha adil meski lelah

Dari kedua anak mereka, masing-masing memiliki karakter yang berbeda.

“Ira selalu mencoba adil untuk keduanya. Walau ada drama kecil, ia tetap berusaha hadir,” ujar Ansharuddin.

Ia menilai bahwa Ira bukan hanya berperan sebagai ibu, tetapi juga pembelajar yang terus mencari cara memahami kebutuhan anak-anak sesuai perkembangan mereka.

Dukungan yang dibutuhkan seorang ibu bekerja

Sebagai suami, Ansharuddin menyadari bahwa Ira tidak hanya membutuhkan bantuan fisik, tetapi juga ruang mental.

"Kadang ia hanya butuh ketenangan. Waktu membaca buku, jalan sebentar, atau sekadar rebahan. Itu sudah sangat berarti," katanya.

Meski Ira jarang menunjukkan keluhan secara berlebihan, Ansharuddin tahu beban yang dipikul istrinya tidak ringan.

Ia melihat bagaimana Ira harus membagi fokus antara anak dengan kebutuhan khusus, anak bungsu yang aktif dan mudah rewel, pekerjaan kantor, serta perannya sebagai pasangan.

Rasa bangga yang tak terucap

Ketika ditanya apakah ia pernah merasa menyesal hidup bersama Ira, Ansharuddin hanya menggeleng. Baginya, Ira adalah sosok yang ia hormati tanpa syarat.

"Saya seperti berutang dua nyawa yang ia kandung dan lahirkan. Tidak ada penyesalan. Saya menikmati setiap proses hidup bersamanya," ucapnya.

Ia juga berharap Ira menyadari bahwa semua perjuangannya tidak sia-sia.

"Ia selalu punya semangat belajar, punya target hidup, dan ingin menjadi individu yang lebih baik. Saya hanya ingin ia terus kuat dan percaya bahwa ia sudah melakukan yang terbaik," tuturnya.

Sosok Ira sebagai istri hebat bagi Ansharuddin

Bagi Ansharuddin Ira mungkin tidak selalu merasa dirinya cukup, namun di mata keluarga, ia adalah pusat tenaga dan kasih sayang.

Tekadnya untuk tetap bertahan, bekerja, dan mengasuh dua anak, terutama anak dengan ADHD, menjadi bukti bahwa ibu bekerja bisa tetap menjadi figur luar biasa tanpa harus sempurna.

Perjuangan yang dilihat Ansharuddin setiap hari adalah cerita tentang ketangguhan, cinta, dan pilihan untuk terus bertahan meski keadaan tidak mudah.

Dan bagi keluarga kecil mereka, kehadiran Ira bukan hanya penting, tetapi tidak tergantikan.

https://lifestyle.kompas.com/read/2025/12/08/121500820/cerita-ansharuddin-melihat-tekad-ira-mengasuh-dua-anak-dan-menjadi-ibu

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com