Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Data Komnas Perempuan Ungkap Pelaku KBGO, Terbanyak Mantan Pacar

JAKARTA, KOMPAS.com - Komnas Perempuan mengungkap temuan terbaru soal pelaku kekerasan berbasis gender online (KBGO). 

Data tahun 2024 menunjukkan bahwa sebagian besar pelaku ternyata berasal dari lingkaran personal korban, termasuk mantan pacar. 

Temuan ini menandakan bahwa ancaman kekerasan digital tidak hanya datang dari orang asing di internet, tetapi justru dari orang-orang yang dekat dan dikenali.

Asisten Koordinator Resource Center Komnas Perempuan, Robby Kurniawan, menyampaikan bahwa pemetaan pelaku KBGO terbagi menjadi dua kelompok, yakni ranah personal dan ranah publik.

Mayoritas pelaku berasal dari lingkaran personal korban

Robby menjelaskan, pelaku KBGO di ranah personal adalah individu-individu yang memiliki kedekatan emosional atau hubungan personal dengan korban. 

Pelaku pada kategori ini dinilai lebih rentan melakukan kekerasan digital karena memiliki akses terhadap korban, baik melalui komunikasi personal maupun informasi digital.

“Dari data yang kami himpun tahun 2024 lalu, ranah personal itu orang yang di sekitar kita bisa jadi pelaku yang lebih rentan kepada korban,” kata Robby dalam Diskusi Kolaboratif DFAT: Dukung Penguatan Keamanan Digital bagi Perempuan dan Anak, di Jakarta Pusat, Rabu (10/12/2025).

Komnas Perempuan mencatat bahwa pelaku KBGO di ranah personal sebagian besar merupakan orang yang dikenal korban. 

Dari data yang dihimpun, terdapat 554 pelaku yang merupakan mantan pacar korban. Ini menjadi angka tertinggi dalam kategori pelaku personal. 

Selanjutnya adalah pacar dengan 230 laporan, suami sebanyak 10 laporan, mantan suami 7 laporan, ayah tiri 2 laporan, serta kakak atau adik ipar sebanyak 2 laporan. 

Selain itu, terdapat pelaku lain seperti saudara, paman, kakak, dan sepupu masing-masing dengan 1 laporan.

Temuan ini memperlihatkan bahwa hubungan personal, termasuk hubungan yang pernah dijalin di masa lalu, menjadi salah satu faktor pemicu kekerasan digital. 

Akses dan pengetahuan pelaku tentang data pribadi korban membuat ancaman KBGO semakin mudah terjadi.

Pelaku ranah publik ada teman medsos hingga orang tak dikenal

Selain lingkaran personal, pelaku KBGO juga ditemukan pada individu yang tidak memiliki hubungan pribadi langsung dengan korban, tetapi berinteraksi melalui ruang digital.

“Untuk ranah publik, paling banyak pelakunya teman media sosial dengan jumlah laporan 515,” sebut Robby.

Kategori pelaku publik lainnya mencakup orang tidak dikenal sebanyak 352 laporan dan teman sebanyak 101 laporan. 

Selain itu, terdapat laporan dari debt collector atau kategori “lainnya” sebanyak 9 laporan, rekan kerja 3 laporan, dan tetangga 1 laporan.

Data ini menunjukkan bahwa risiko kekerasan digital juga berasal dari interaksi di ruang maya, di mana identitas pelaku bisa beragam, mulai dari seseorang yang pernah bertukar pesan dengan korban hingga individu anonim.

KBGO saling terkait dengan kekerasan fisik

Robby menekankan, KBGO tidak dapat dilihat sebagai fenomena digital semata. Menurutnya, kekerasan online memiliki keterkaitan erat dengan kekerasan di dunia nyata.

“Berbicara KBGO itu bukan persoalan online saja. Kekerasan berbasis gender online itu dalam Komnas Perempuan adalah bagian daripada kekerasan-kekerasan lain,” ungkapnya.

Ia menjelaskan, kekerasan fisik dapat bereskalasi menjadi kekerasan online, begitu pula sebaliknya. 

Lebih jauh lagi, Robby menyebut bahwa KBGO tidak hanya berkaitan dengan kekerasan dalam hubungan personal, tetapi juga dapat mengarah pada kejahatan lain yang lebih ekstrem. 

“Mungkin saja KDRT bereskalasi kepada kekerasan berbasis gender online, begitu juga sebaliknya. Bahkan KBGO seperti penipuan bisa juga berujung pada kekerasan hingga perdagangan manusia,” ujarnya.

Ia menegaskan, KBGO harus dipahami dalam konteks yang lebih luas dan dipertimbangkan dampak serius yang mungkin terjadi.

“Kita tidak bisa melihat bahwa KBGO itu murni hanya persoalan kerangka digital saja, tapi ini adalah kerangka keamanan di ruang fisik juga,” tambahnya.

Temuan Komnas Perempuan pada 2024 memperlihatkan bahwa KBGO adalah masalah multidimensi.

Pelaku tidak hanya datang dari ranah publik seperti teman media sosial atau orang tidak dikenal, tetapi justru lebih banyak berasal dari ranah personal, termasuk mantan pacar dan pasangan.

Kolaborasi lintas lembaga dan peningkatan literasi digital dinilai menjadi langkah penting untuk merespons fenomena KBGO yang semakin kompleks.  Upaya perlindungan harus menyentuh dua ranah sekaligus, yaitu ruang digital dan ruang fisik.

https://lifestyle.kompas.com/read/2025/12/11/132910720/data-komnas-perempuan-ungkap-pelaku-kbgo-terbanyak-mantan-pacar

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com