Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com, 5 September 2017, 10:58 WIB
Wisnubrata

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Bila Anda penyuka jeans, Anda tentu mengenal Wrangler, salah satu merk yang memiliki penggemar khusus di dunia denim. Produk yang secara resmi memakai nama Wrangler memang baru muncul pada tahun 1943. Namun jauh sebelum itu perusahaan pembuatnya sudah mencatat sejarah panjang.

Perjalanan Wrangler diawali tahun 1887 saat C.C Hudson seorang pemuda berusia 20 tahun yang besar di Spring Hill Farm, Williamson County, Tennessee, memutuskan untuk meninggalkan rumahnya dan mencari pekerjaan di Greensboro, North Carolina. Saat itu Greensboro merupakan kota dengan industri tekstil yang berkembang.

Ia mendapatkan pekerjaan di sebuah pabrik pakaian, dan tugasnya adalah menjahit kancing dengan bayaran 25 sen per hari. Hudson bekerja di sana beberapa tahun hingga tempat kerjanya itu tutup tahun 1904.

 

In or out of the saddle, your rear view looks good. Be yourself. #BeWrangler [???? Gabby Laskoski]

A post shared by Wrangler (@wrangler) on Nov 22, 2016 at 4:09pm PST

Karena tidak ingin menganggur, Hudson dan saudaranya Homer, beserta beberapa karyawan pabrik memutuskan untuk membeli mesin jahit dari bekas tempat kerjanya. Mereka kemudian membentuk perusahaan baru, Hudson Overall Company yang menempati sebuah ruangan di atas toko Coe Brothers Grocery di South Elm Street.

Tahun 1919 penjualan Hudson meningkat pesat sehingga mereka harus pindah ke tempat yang lebih luas, dan kemudian mengubah nama perusahaan menjadi Blue Bell Overall Company.

Tahun 1926, Blue Bell dibeli oleh perusahaan Big Ben Manufacturing dari Kentucky dengan harga 585.000 dollar AS. Walau demikian, mereka tetap mempertahankan nama Blue Bell karena nama ini lebih populer.

Satu dekade kemudian, tahun 1936 mereka memperkenalkan pakaian kerja yang disebut Super Big Ben Overalls, dengan bahan sanforized yang hanya menyusut 1 persen saja. Ini merupakan terobosan karena saat itu hampir semua jeans akan menyusut saat dicuci. Namun setahun setelah kesuksesanitu, pada tahun 1937, C.C Hudson meninggal dunia.

 

Thanks for the wild ride, 2016!

A post shared by Wrangler (@wrangler) on Dec 31, 2016 at 12:50pm PST

Pada tahun 1943, Blue Bell membeli perusahaan pembuat pakaian kerja, Casey Jones Company, yang waktu itu memiliki brand yang saat ini menjadi terkenal: Wrangler. Merk ini pun kemudian digunakan perusahaan gabungan tersebut.

Namun baru pada tahun 1947, jeans bermerk Wrangler diperkenalkan. Celana denim ini dirancang oleh Bernard Lichtenstein alias Rodeo Ben. Walau dibuat untuk semua orang, tapi para koboi dan peserta rodeo menyukainya.

Jeans dengan seri 13MWZ ini bahkan diuji kekuatannya oleh pemain rodeo profesional seperti Jim Shoulders, Bill Linderman dan Freckles Brown. Mereka kemudian menjadi saksi kekuatan, kualitas, dan keaslian jeans ini. Itu sebabnya hingga saat ini Wrangler tetap memiliki ciri koboi dan para penunggang kuda.

70 tahun Wranglerwrangler 70 tahun Wrangler
Tahun-tahun setelahnya, produk Wrangler menyebar ke Eropa dan dunia. Merk ini juga menjadi sponsor berbagai acara, terutama Rodeo.

Hingga tahun 1986, di mana hampir semua orang memakai jeans, Blue Bell bergabung dengan VF Corporation dari Pennsylvania dan menjadikan perusahaan itu sebagai salah satu dari dua pembuat jeans terbesar di dunia dengan pasar 25 persen dari keseluruhan 6 milyar dollar AS.

70 tahun

Tahun ini, Wrangler memperingati 70 tahun semenjak lahirnya 13MWZ. Perayaan ditandai dengan menghidupkan kembali denim yang revolusioner dan gaya original retro tahun 70-an.

Di Jakarta, dalam perayaannya, Wrangler berkolaborasi dengan beberapa orang co-creator untuk menghasilkan karya seni denim, yang menggambarkan betapa revolusioner brand Wrangler.

Ade Habibie dengan lukisan di atas denimwrangler Ade Habibie dengan lukisan di atas denim
Artis Ade Habibie misalnya membuat lukisan bertema Psychedelic Hippie dengan kanvas berbahan denim. Pada karyanya, Ade Habibie mencampurkan beraneka ragam warna dan garis yang membentuk pengulangan tanpa akhir, seperti tema psychedelic, dimana karya-karya yang terlahir di masa tersebut tidak terarah dan dan tidak beraturan.

“Ini bukan tidak selesai namun terus berputar tanpa akhir, seperti masa psychedelic dimana ketidakpastian menjadi sebuah trend. We just let loose whatever the wind blows,” ujarnya saat pembukaan pameran, Rabu (30/8/2017) di Jakarta.

Sementara fotografer Heret Frashio menggabungkan nebula dan pelangi dalam karya yang terinspirasi dari group band 70s Pink Floyd. Tetap masih dalam tema psychedelic yang menurut dia membawanya terbang ke alam mimpi.

Sedangkan fashion stylist Ajeng Svastiari menorehkan warna-warna indah dalam jaket dan celana jeans Wrangler dengan tema Freedom of Dreaming.

Hampir semua karya Ajeng terinspirasi oleh musik, tapi ini yang paling mengingatkan Ajeng pada masa kejayaan tentang kebebasan dalam segala hal, baik berbicara maupun bersyair.

“Saya membayangkan sedang bermain dengan denim ini seolah-olah David Bowie akan memakainya,” ujarnya. Karya ini juga mengingatkan Ajeng saat ayahnya memainkan vynils sambil mendengarkan msuik rock & roll.

Selain itu ada komunitas denim Darahkubiru yang mengkampanyekan perdamaian lewat jaket, Peace for People Jacket. Karya lukis di jaket yang menggambarkan lambang perdamaian ini terinspirasi dari budaya Hippie di tahun 70an.

Walau hadir dengan berbagai style, namun ciri Wrangler sebagai jeans para koboi tetap bertahan. Menurut Liga Meirani - Brand Manager Wrangler Indonesia, jeans yang paling populer saat ini adalah yang dirancang untuk mengendarai motor. Maka tak heran bila hampir di semua toko Wrangler, Anda bisa menjumpai motor yang dipajang.

Jeans ini tidak mudah basah (water repellent), menyesuaikan bentuk kaki alias tidak kaku sehingga nyaman dipakai berkendara, dan dingin saat dipakai berkat teknologi Cool Vantage yang memungkinkan bahan celana “bernafas”.

“Kami memang mengembangkan celana untuk bermotor dan juga untuk adventure atau kegiatan luar ruang. Karenanya ia dirancang agar benar-benar nyaman dipakai,” ujar Meirani.

Kini, setelah 70 tahun, Wrangler ternyata tetap jadi favorit para pengendara, baik pengendara kuda seperti koboi dan pemain rodeo, juga pengendara “kuda besi” yang mencari petualangan bebas.

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang



Terkini Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau