Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com, Diperbarui 09/02/2023, 10:08 WIB
Wisnubrata

Penulis

KOMPAS.com - Tersenyumlah, dan dunia akan ikut tersenyum. Kalimat ini ternyata bukan omong kosong. Pernahkah Anda bertemu muka dengan seseorang, lalu dia tersenyum, dan tanpa disadari Anda ikut tersenyum?

Hal seperti itu ternyata terjadi di seluruh belahan dunia. Entah apa alasan dan sebabnya, jika kita diberi senyuman, kita secara otomatis akan membalasnya.

Nah pada Hari Senyum Internasional yang jatuh pada Jumat pertama tiap Oktober, para ilmuwan mengungkap alasannya. Ini akan menjawab pertanyaan: benarkah senyuman itu menular?

Menurut study yang dipublikasikan di journal Trends in Cognitive Sciences, jawabannya barangkali iya, senyum bisa menular. Dalam bagian risetnya, psikolog Paula Niedenthal dan Adrienne Wood mencari tahu mengapa kita sering menirukan ekspresi wajah seseorang yang berbicara kepada kita.

Menariknya, salah satu kesimpulan yang didapat adalah bahwa kita cenderung memasang raut yang sama saat berkomunikasi dengan orang lain.

Contohnya, saat seorang teman menyampaikan kabar baik dengan wajah gembira, kita secara tak sadar akan menunjukkan emosi yang sama lewat ekspresi wajah. Dengan begitu, kita akan lebih bisa merasakan emosinya.

“Melalui ekspresi yang sama, kita akan bisa memberi penilaian lebih baik terhadap apa yang disampaikan seseorang,” jelas Niedenthal. “Reaksi yang muncul dari emosi itu memberi persepsi atau frekuensi yang sama, sehingga kita lebih memahami konteksnya.”

Jadi, alasan kita membalas senyuman orang lain adalah bahwa kita berusaha merasakan hal yang dirasakan orang lain. Dengan ekspresi sosial sederhana ini, manusia bisa menjalin komunikasi dan pengertian lebih mendalam dengan orang lain di sekitarnya.

Baca juga: 7 Alasan untuk Lebih Banyak Tersenyum dan Tertawa

Meski demikian, tidak semua orang secara otomatis akan membalas sebuah senyuman. Dalam penelitian, para psikolog mencatat bahwa orang-orang dengan kelainan saraf tertentu mungkin tidak bisa membalas senyuman atau tidak bisa secara akurat menirukan ekspresi orang lain. Meski bisa menyadari seseorang tersenyum padanya, namun mereka tidak selalu bisa membalasnya.

“Ada beberapa gejala yang ditemui pada pengidap autisme di mana seseorang tidak bisa meniru ekspresi karena kurangnya kontak mata atau karena ketidakmampuan memahami ekspresi,” lanjut Niedenthal.

Meski demikian, pada kebanyakan orang, ekspresi wajah menjadi bagian dalam komunikasi manusia. Ekspresi bisa membantu kita membangun hubungan dengan orang lain, dan itu adalah sesuatu yang alami. Jadi apakah senyum itu menular? Jawabannya: ya.

Baca juga: Sudah Tersenyum Hari Ini? Ketahui 9 Manfaat Senyum agar Lebih Bahagia

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang



Terkini Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau