KOMPAS.com - Ketosis mungkin terdengar seperti istilah medis untuk bau mulut, namun ini sebenarnya adalah "keto" dalam diet keto. Tujuan utama dalam diet ini adalah mencapai kondisi ketosis.
Diet ketogenik adalah pola makan tinggi lemak dan rendah karbohidrat. Tujuan utamanya memang ketosis, yang bisa dicapai jika kita makan kurang dari 40 gram karbohidrat dalam sehari.
"Ketika kita hanya makan sedikit karbohidrat, tubuh akan memecah asam lemak dari cadangan lemak dan membentuk keton, yang akan dilepaskan ke peredaran darah oleh liver," kata ahli gizi Alissa Rumsey, seperti dikutip womenshealthmag.
Ia menjelaskan, ketosis terjadi ketika keton dalam darah lebih tinggi dari normal. Ketika hal ini terjadi, tubuh akan mulai menggunakan lemak sebagai bahan bakar.
Kapan kita tahu jika tubuh berada dalam kondisi ketosis? Menurut para pakar, ada beberapa tanda utama yang bisa menunjukkannya, selain penurunan berat badan.
1. Bau mulut
Tanda utamanya adalah bau mulut. Ketika tubuh memecah lemak dan protein untuk energi, akan terbentuk produk sampingan yang harus dikeluarkan. Bisa melalui feses, keringat, urine, atau napas.
"Produk sampingan dari dipecahnya lemak dan protein menjadi energi adalah aseton. Dalam jumlah sedikit di pernapasan, akan menimbulkan aroma buah, tetapi jika terlalu banyak baunya tidak sedap," kata ahli gizi Scott Keatly.
2. Kelelahan
Saat tubuh sudah dalam kondisi ketosis, akan terjadi kebingungan karena tidak ada jumlah karbohidrat yang cukup untuk dibakar sebagai energi. Akibatnya kita akan merasa sangat kelelahan.
4. Nafsu makan menurun
Ini fenomena yang banyak dialami pelaku diet keto. Ada beberapa teori yang menjelaskan mengapa nafsu makan mendadak turun. Menurut Keatly, penyebabnya bisa karena perubahan bakteri di usus seiring berubahanya pola makan.
"Bisa juga efek keton di otak yang menyebabkan pelepasan hormon berbeda, sehingga kita jadi jarang merasa lapar," kata Peter LePort, dokter bedah bariatrik.
5. Diare
Ketika menjalani diet keto, asupan lemak kita meningkat pesat dan ini membuat tubuh tidak siap. Tubuh tidak bisa mencerna asupan lemak itu dengan baik dan bakteri di usus tidak siap untuk memecahnya.
"Akibatnya kita akan diare atau buang air besar dengan tinja yang sangat bau. Namun lama kelamaan hal ini akan menghilang," kata Keatly.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.