KOMPAS.com - Perhelatan Asian Para Games di Jakarta bisa menjadi momen berharga untuk merefleksikan perhatian pemerintah pada kaum disabilitas, salah satunya pada transportasi.
Yoga Adiwinarto, Country Director Institute for Transportation & Development Policy (ITDP), mengungkapkan, infrastruktur untuk disabilitas masih kurang walaupun ada perbaikan.
Melihat kasus Transjakarta misalnya, dia mengatakan ada ada banyak hal yang harus diperbaiki agar semakin ramah disabilitas.
"Busnya sih saya pikir sudah cukup. Problem terbesarnya adalah, kita runut, katakanlah busnya sudah oke. Nah, sekarang haltenya. Masih banyak yang harus di-improve," imbuhnya.
Dia mencontohkan, salah satu bagian yang harus diubah adalah tempat orang akan masuk dari halte ke bus.
"Pertama gate-nya. Ini tidak hanya jadi persoalan orang yang pakai kursi roda, tapi anak-anak atau ibu-ibu yang pakai rok itu susah melangkah karena jaraknya gedhe (lebar)," ujar Yoga.
"Nah itu yang saya pikir permasalahan pertama yang bisa diatasi oleh Transjakarta. Jadi bagaimana bus-bus mereka harus bisa merapat serapat atau sedekat mungkin," tambahnya.
Untuk itu, Yoga menyarankan dilakukan modifikasi halte atau supir bus yang harus sering latihan (merapatkan bus ke halte sedekat mungkin).
"Karena di masa lalu, di awal pembentukannya, ini menjadi faktor krusial. Bagaimana Transjakarta ini busnya bisa merapat sedekat mungkin ke halte," Yoga menuturkan.
Baca juga: Naik Transportasi Umum Lebih Sehat?
Selain itu, Yoga juga menyoroti ukuran halte yang kurang leluasa bagi penyandang disabilitas.
"Haltenya sendiri ukurannya kecil. Jadi kalau ada kursi roda pasti tidak nyaman bergerak," kata pria yang menyelesaikan program masternya di Inggris itu.
"Ada beberapa halte itu lebarnya cuma tidak sampai 2 meter. Sementara krusi roda itu perlu ruangan sekitar 80 sentimeter," imbuhnya.
Ukuran ini, menurut Yoga, membuat para penyandang disabilitas, khususnya pengguna kursi roda tidak leluasa bergerak.
"Jadi saya pikir haltenya pun perlu mulai kita benahi. Lebarnya itu kalau bisa ada dua kursi roda yang bisa berjalan," ujar Yoga.
Masalah ketiga yang disoroti oleh Yoga adalah akses menuju halte. Sebagai informasi, untuk menuju halte, para pengguna kursi roda menggunakan jalan dengan turunan atau model ramp.