BrandzView
Konten ini merupakan kerjasama Kompas.com dengan Arla

Kenalkan Makanan yang Tepat sejak Dini agar Anak Tidak Pilih-pilih

Kompas.com - 25/02/2020, 11:42 WIB
Anggara Wikan Prasetya,
Kurniasih Budi

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Yani (35) masih ingat betul bagaimana mengenalkan makanan sehat ke anaknya saat mulai menyantap makanan pendamping ASI (MPASI).

Salah satu tantangan yang ia hadapi adalah membuat anaknya doyan makan sayur sebagai salah satu makanan sehat.

Untuk itu, Yani punya cara jitu untuk membiasakan anaknya dengan sayur, yakni dengan mencampur daging ayam atau ikan. Dengan demikian, anaknya mau menyantap sayuran sehat.

“Dulu anakku enggak begitu suka sayur, sukanya daging. Jadi sayurnya dicampur daging saat kasih makan ke anak agar terbiasa sama sayur,” ujar dia saat dihubungi Kompas.com melalui Whatsapp, Minggu (9/2/2020).

Kisah Yani itu mungkin merupakan tantangan yang banyak dihadapi kaum ibu. Tentu saja setiap ibu ingin anaknya mendapat asupan makanan bergizi, terutama saat dua tahun pertama kehidupan.

Dua tahun pertama memang merupakan masa kritis pertumbuhan anak. Para orangtua harus memantau apakah pertumbuhan anak berupa berat dan tinggi badan bagus atau tidak.

“Karena kalau di dua tahun pertamanya kalau sudah tidak bagus pertumbuhannya, ada kemungkinan akan terus berlanjut sampai masa kanak-kanak,” kata dokter Eva Harmoniati dilansir dari Kompas.com, Selasa (24/7/2018).

Usia nol sampai dua tahun, menurut dia, menjadi kunci pertumbuhan seorang anak karena sel saraf, otak, dan fungsi kognitif tengah berkembang pesat.

Agar pertumbuhan anak di masa kritis itu optimal, orangtua harus memperhatikan asupan gizi mereka.

Pasalnya, jika anak sampai kurang gizi, maka salah satu dampak buruk yang akan terjadi adalah stunting atau tubuh anak lebih pendek dari anak lain seusianya.

Stunting tak hanya berdampak pada bentuk fisik anak. Prestasinya juga tidak akan sebaik anak lain yang gizinya tercukupi.

Sebaliknya jika gizi anak tercukupi, tidak hanya pertumbuhan fisiknya yang optimal. Ia pun bisa menjadi lebih berprestasi.

Gizi yang dibutuhkan anak agar tumbuh optimal

Agar pertumbuhan anak optimal, orangtua juga harus tahu seputar apa saja zat gizi yang dibutuhkan mereka.

“Komposisi makanan yang mengandung karbohidrat dan protein harus cukup karena itu adalah zat pembangun yang diperlukan untuk menambah komposisi tubuh anak,” kata Eva.

Orangtua pun mesti memilihkan MPASI yang kaya kandungan dua zat gizi tersebut.

Kompas.com, Jumat (20/7/2018) melansir jika protein hewani harus ada dalam menu MPASI karena mengandung asam amino esensial yang bagus untuk pertumbuhan tulang dan kecerdasan bayi.

"Zat gizi krusial yang dibutuhkan anak untuk mencegah stunting adalah asam amino esensial yang terdapat dalam protein hewani," kata dokter Damayanti.

Protein hewani sudah terbukti bagus untuk anak. Beberapa penelitian, salah satunya di Uganda, Afrika, menunjukkan, anak usia 36 bulan yang memiliki pola makan protein hewani ternyata tubuhnya lebih tinggi dibanding kelompok anak pemakan sayuran.

Namun, tak hanya protein semata. Anak tetap membutuhkan asupan zat gizi lain seperti vitamin dan mineral agar pertumbuhannya optimal.

Berbagai makanan sehat seperti buah, sayur, daging, dan produk olahan susu kaya akan vitamin dan mineral.

Agar anak tidak pilih-pilih makanan

Meski sudah mengetahui makanan yang sehat dan tepat untuk tumbuh kembang anak, namun tidak semudah itu menerapkannya pada anak.

Ini karena ada tantangan tersendiri bagi orangtua membiasakan pola makan sehat kepada anak. Salah satunya adalah agar anak tidak pilih-pilih makanan.

Biasanya, ada kecenderungan anak hanya memilih makanan yang ia sukai dan menolak makanan sehat seperti sayur karena biasanya rasanya kurang enak.

Ternyata, kebiasaan anak untuk memilih-milih makanan yang dia suka dipengaruhi cita rasa makanan sejak dini.

Menurut jurnal Nutrients MDPI yang dipublikasikan Kamis (9/2/2017), cita rasa sudah bisa dirasakan anak, bahkan sejak dalam kandungan.

Selanjutnya, cita rasa dipengaruhi ketika masa menyusui dan menyantap MPASI yang terjadi saat anak mulai mengenal berbagai rasa.

Apalagi, manusia umumnya juga memiliki respons positif bawaan terhadap rasa gula dan garam. Sebaliknya, respons bawaan negatif ditujukan terhadap rasa pahit.

Oleh karena itu, biasanya anak lebih suka dengan makanan atau minuman yang manis, serta rasanya asin.

Akan tetapi, tentu tidak baik membiarkan anak terlalu banyak mengonsumsi makanan manis atau membiarkan mereka hanya memilih makanan seperti itu karena dapat menyebabkan diabetes.

Data Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), Rabu (31/10/2018) menunjukkan, angka kejadian diabetes melitus pada anak usia 0-18 tahun melonjak sebesar 700 persen dalam kurun waktu 10 tahun.

Meski demikian, respons terhadap rasa itu nyatanya dapat diubah. Salah satu solusi yang bisa dilakukan adalah dengan paparan berulang atau membiasakan anak menyantap makanan dengan rasa tidak manis.

Jika anak terbiasa menyantap makanan seperti sayuran yang tidak manis sejak kecil, maka ia akan lebih mudah menerima pola makan sehat ke depannya.

Penelitian juga menunjukkan jika anak berusia dua hingga delapan tahun yang disusui selama tiga bulan atau lebih, cenderung gemar menyantap sayuran dibanding yang tidak.

Beri MPASI yang tepat

Sebenarnya, tidak masalah untuk memberi camilan manis untuk si kecil guna melatih kemampuan pengecapnya.

Namun, gula dapat menimbulkan efek ketagihan, sehingga anak akan punya kebiasaan mengonsumsi gula melebihi takaran.

Oleh karena itu, MPASI yang tepat harus memiliki rasa alami yang tidak diberi perisa atau pemanis tambahan, tetapi tetap kaya akan zat gizi.

MPASI semacam itu salah satunya disediakan perusahaan susu internasional asal Denmark Arla Foods Amba.

Perusahaan berusia 130 tahun itu menjadikan peternakan, produksi susu organik, dan produk olahannya sebagai salah satu pengembangan bisnisnya.

Salah satu produk Arla yang pas untuk membiasakan anak pada cita rasa alami adalah Puregrow Organic. Produk itu sudah memiliki rasa manis susu alami, tanpa perisa tambahan.

Rasa susu tersebut akan membantu selera sehat si kecil untuk membiasakan dia terbiasa dengan rasa alami, sehingga juga lebih mudah menerima berbagai jenis makanan.

Tak hanya soal rasa, produk-produk Arla juga kaya akan bebagai zat gizi seperti protein, vitamin, dan mineral.

Dengan mengonsumsi produk Arla, termasuk Puregrow Organic, orangtua tak perlu khawatir anaknya menjadi kecanduan mengonsumsi gula dalam jumlah berlebih.

Puregrow Organic bukan hanya satu-satunya produk Arla. Masih ada banyak produk kualitas terbaik lainnya seperti Arla®, Lurpark®, Castello®, Puck®, dan Arla Baby & Me® Organic.

Selain menjaga kualitas produknya, Arla juga selalu menyajikan informasi yang bermanfaat terkait kebaikan gizi untuk terus memasarkan produknya di Indonesia.

Tujuannya adalah menjadikan Bangsa Indonesia, mulai dari anak-anak hingga dewasa agar lebih sehat dan nutrisinya tercukupi dari sumber yang ramah lingkungan.

Membiasakan anak dengan cita rasa makanan sehat ternyata mudah, bukan? Segera mulai pola makan sehat untuk si kecil sejak dini, demi tumbuh kembangnya yang optimal.


komentar di artikel lainnya
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com