Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita Keluarga Asal Inggris, Empat Bulan di Bali akibat Corona

Kompas.com, 6 Juli 2020, 08:01 WIB
Nabilla Tashandra,
Wisnubrata

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Sudah hampir empat bulan pasangan Corine dan Dave Pruden bersama putra kembar mereka menghabiskan waktu di Bali.

Pada 16 Maret lalu, keluarga asal Inggris ini mengambil penerbangan terakhir ke Denpasar untuk menghabiskan masa penguncian (lockdown).

Saat itu, jumlah kasus virus corona di Inggris sudah melampaui kasus di China. Karena ingin melindungi anak-anak mereka, saat itu "kabur" dari Inggris diambil sebagai sebuah solusi.

"Sudah hampir empat bulan sejak kami tiba dan kini kami merasa seperti di rumah sendiri," ungkap Dave melalui surat elektronik kepada Kompas.com.

Mereka sudah pernah berkunjung ke Indonesia sebelumnya, mulai dari Aceh hingga Ambon, sehingga berkunjung kembali ke negara ini bukanlah pilihan sulit.

Sejumlah lokasi di Bali telah mereka kunjungi. Di beberapa pekan awal, mereka tinggal di Amed, kemudian pindah ke Ubud dan tinggal di sebuah rumah bambu.

Corine dan Dave Pruden bersama putra kembar mereka menetap di Bali selama masa lockdown di Inggris.Dok. Corine dan Dave Pruden Corine dan Dave Pruden bersama putra kembar mereka menetap di Bali selama masa lockdown di Inggris.
Dave mengaku, keluarga mereka amat menikmati pengalaman berkeliling Bali. Salah satu hari favorit mereka adalah saat mengeksplorasi Kintamani dan minum kopi di salah satu kedai kopi dengan pemandangan Gunung Batur.

Itu mengingatkan pasangan ini dengan espresso bar mereka di Budapest.

"Sangat luar biasa karena kami bisa minum kopi di tempat biji kopi itu tumbuh. Indonesia punya banyak kebun kopi yang hebat, dan sangat senang melihat sesuatu dinikmati secara lokal, alih-alih diekspor semuanya," ungkapnya.

Pasangan yang mengabadikan kesehariannya melalui akun Instagram @twintastic_nomads itu juga mengungkapkan jenis masakan lokal yang serimg mereka nikmati.

Mulai dari gado-gado hingga buah-buahan dan sayuran yang menurut mereka rasanya sangat enak, sehingga sesekali mereka juga membuat masakan sendiri.

"Kamu berdua sangat suka rempah-rempah jadi bisa menikmati makanan lokal mana pun. Tetapi, karena dua anak kami yang masih kecil, kami biasanya memilih menu klasik dan makan gado-gado, nasi campur, mi goreng, dan sate."

"Kami juga senang makan bakwan sebagai camilan," kata dia.

Berteman dengan warga lokal

Corine dan Dave Pruden bersama putra kembar mereka menetap di Bali selama masa lockdown di Inggris.Dok. Corine dan Dave Pruden Corine dan Dave Pruden bersama putra kembar mereka menetap di Bali selama masa lockdown di Inggris.
Menghabiskan waktu berbulan-bulan di Bali membuat keluarga Pruden sedikit bisa berbahasa Indonesia.

Halaman:


Terkini Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau