KOMPAS.com - Perselingkuhan adalah salah satu tindakan yang paling menyakitkan saat kita menjalani hubungan dengan seseorang.
Sayangnya, penelitian membuktikan tindakan tidak setia ini adalah kejadian yang relatif umum terjadi.
Selingkuh diperkirakan terjadi pada 20-25 persen pernikahan dan hampir 75 persen pada hubungan kencan.
Padahal, diselingkuhi membuat seseorang dapat mengalami berbagai emosi negatif termasuk gejala stres pascatrauma, depresi, dan kecemasan.
Hal ini cenderung terjadi ketika kita menghubungkan perilaku pasangan yang tidak setia dengan rasa rendah diri sebagai pemicunya.
Baca juga: 20 Pertanda Pasangan Selingkuh, Menurut Detektif Swasta
Faktanya, ada banyak orang yang memaafkan pasangannya yang sudah terbukti tidak setia, bahkan berulang kali.
Hal ini mungkin mengherankan bagi sebagian kalangan, apalagi mempertimbangkan rasa sakit hati yang muncul karena tindakan tersebut.
Untuk memahami ini, penelitian terbaru yang diterbitkan dalam Adaptive Human Behavior and Physiology, berusaha mencari tahu alasan orang memaafkan perselingkuhan pasangannya.
Dalam studi pertama dari tiga, peneliti melakukan wawancara semi-terstruktur selama 35 menit pada 40 peserta, terdiri dari 20 pria dan 20 wanita, dengan usia rata-rata 33 tahun.
Peserta diminta untuk mendiskusikan berbagai alasan yang memotivasi mereka untuk memaafkan perselingkuhan pasangannya.
Baca juga: Pasangan Selingkuh, Apakah Layak Dapat Kesempatan Kedua?
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.