Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Studi: Gen Z Terbukti Peduli pada Lingkungan dan Tidak Boros

Kompas.com, 22 Juli 2022, 21:08 WIB
Anya Dellanita,
Sekar Langit Nariswari

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Kata “egois” alias tidak mempedulikan keadaan sekitar mungkin menjadi hal yang diidentikkan dengan generasi Z (gen Z).

Kendati demikian, penelitian yang dilakukan oleh Universitas Multimedia Nusantara (UMN) Consulting menemukan fakta yang berbeda.

Dalam riset yang mengamati responden remaja berusia 15-24 tahun dari seluruh Indonesia itu, diketahui bahwa gen Z justru merupakan generasi yang paling banyak memiliki karakter benevolence.

"Setelah ditelaah berdasarkan data, gen Z menganut karakter benovolence," kata Putu Yani Pratiwi, Research and Management Lecturer UMN. 

"Suka menolong sesama dan jujur, serta memaafkan sesama. Tidak etnosentris dan peduli dengan orang lain," terangnya pada webinar "Adopsi Gaya Hidup Zero Waste pada Gen Z" yang digelar, Kamis (21/7/2022).

Baca juga: Bukan Gaji, Ternyata Ini yang Dicari Milenial dan Gen Z Saat Bekerja

Lalu menariknya, gen Z di Indonesia ternyata cukup peduli pada isu kriminal dan isu lingkungan seperti global warming atau pemanasan global.

"Sebanyak 78 persen respoden mengetahui isu lingkungan, dengan informasi didapatkan paling utama di sosial media. Kedua google, ketiga guru atau dosen," papar Putu.

Penelitian yang sama juga mengamati pengetahuan gen Z terkait klasifikasi sampah, fashion dan brand berbasis lingkungan, serta level konsumsi online-nya.

Hasilnya, 75 persen responden menjawab dengan benar terkait klasifikasi sampah. Bahkan, 92 persen dari mereka mengetahui klasifikasi sampah sesuai jenisnya.

Kendati demikian, hanya 20 persen yang melakukan pemilahan sampah di rumahnya, dengan 13,56 persen responden mengaku berpartisipasi pada komunitas yang bergerak di isu lingkungan.

Thrifting menjadi fenomena yang digemari anak muda untuk mendapatkan item fashion dengan harga terjangkauPexels Thrifting menjadi fenomena yang digemari anak muda untuk mendapatkan item fashion dengan harga terjangkau
Lalu dari sisi fashion, diketahui bahwa frekuensi berbelanja kalangan yang lahir di rentang 1996-2012 itu terbilang rendah. 

Mereka berbelanja baju baru hanya tiga kali dalam satu tahum, dan pakaian yang dibeli hanya 1-5 lembar per tahunnya.

“Alasan paling banyak gen Z berbelanja pakaian adalah saat akan menghadiri acara tertentu, jadi butuh baju baru,” ujar Putu.

Baca juga: Benarkah Milenial dan Gen Z Lebih Lemah dari Generasi yang Lebih Tua?

Diskon pun memegang peran penting dalam faktor belanja fashion anak muda, menjadi alasan kedua mengapa mereka berbelanja.

Budget yang dikeluarkan pun masih berada di bawah Rp500.000 setiap kali melakukan transaksi.

Halaman:


Terkini Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau