Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com, 8 Maret 2023, 11:59 WIB
Anya Dellanita,
Wisnubrata

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Pada Oktober lalu, seorang perempuan mengatakan lewat sebuah video bahwa puting susunya lepas, dan ia baru menyadarinya saat bayinya tersedak karena puting tersebut.

Dalam video TikTok berdurasi 90 detik tesebut, perempuan tersebut mengatakan bahwa ia menyadari dasar putingnya terlihat berubah warna menjadi menghitam, sementara ujung putingnya memutih.

Ia juga mengatakan setelahnya bahwa putingnya akhirnya lepas, dan masuk ke mulut bayinya.

Konsultan laktasi dan pendidik persalinan di Melanin Milk Chardá Bell mengatakan, perempuan tersebut menderita vasopasme dan nekrosis puting, sebuah kondisi langka namun tetap bisa terjadi pada ibu menyusui.

Nekrosis sendiri bermakna matinya suatu jaringan, yang disebabkan karena jaringan di sekitar puting tidak mendapatkan aliran darah yang cukup.

Lebih lanjut, pengguna TikTok itu mengatakan bahwa ia merasakan nyeri saat menyusui, yang kemungkinan merupakan indikator pertama bahwa ada yang salah dengan putingnya.

Menanggapi hal itu, Bell mengatakan, meski banyak ibu menyusui mengeluhkan nyeri dada, menyusui seharusnya tidak mengakibatkan nyeri.

Kendati demikian, Bell mengatakan bahwa akan sulit membedakan antara rasa tidak nyaman dan nyeri pada awal menyusui.

Indikator lain yang menunjukkan trauma nekrosis tersebut adalah kelekatan yang buruk, yang juga dialami oleh perempuan tersebut. Lalu, dasar puting menghitam sementara ujungnya memutih juga menjadi tanda aliran darah yang buruk.

Bell pun menyarankan agar kita memahami dan mempraktikan posisi dan teknik menyusui yang baik guna meminimalisir atau mencegah trauma pada puting.

Baca juga: Puting Payudara Keluarkan Cairan Berwarna, Haruskah Khawatir?

Mengobati trauma pada puting

Untuk mengobati puting atau areola, Bell merekomendasikan untuk menggunakan tangan yang bersih atau bersarung tangan untuk membersihkan puting, mengeringkannya dengan kain kasa steril, membiarkannya mengering, lalu membalut atau menutupi area tersebut.

Perempuan dalam video TikTok itu pun mengatakan hal serupa, ia membersihkan puting susunya, memasangnya kembali, dan membalutnya dengan perban.

Peremuan itu juga menambahkan, seorang perawat mengatakan kepadanya bahwa jika putingnya masih hidup dan memiliki aliran darah yang cukup, puting itu dapat menempel kembali.

Kendati demikian, Bell tetap mengatakan bahwa siapa pun yang mengalami trauma ini harus berkonsultasi ke dokter untuk mendapatkan penanganan yang tepat, memasang kembali, dan observasi bila ada trauma tambahan atau kerusakan saraf

Tips menyusui setelah trauma puting

Perempuan itu mengatakan, meski puting susunya kembali menempel sendiri, ia tidak mau lagi menyusui anak itu. Meski di video lainnya, ia mengatakan bahwa ia menyusui tiga anak lainnya tanpa masalah.

Lalu untuk tips menyusui setelah trauma terjadi, Bell merekomendasikan agar kita berhenti menyusui di satu sisi jika puting mulai terasa sakit.

Ia pun menambahkan, ibu sebaiknya tetap mengosongkan air susunya dengan memompanya memakai tangan dengan gerakan lembut atau hand pump dan kembali menyusui setelah putingnya sembuh.

Bell juga mengatakan, trauma payudara bisa membahayakan tujuan menyusui dan kesehatan mental ibu.

Bahkan jika dibiarkan tanpa diobati, trauma ini dapat menyebabkan dapat menyebabkan saluran tersumbat berulang atau mastitis akibat kurangnya pengosongan payudara serta masalah medis serius lainnya.

Baca juga: Payudara dan Puting Gatal? Kenali Penyebab dan Cara Mengatasinya

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang



Terkini Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau