Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Alergi Susu Sapi Berisiko Sebabkan Stunting pada Anak

Kompas.com, 4 Juni 2023, 21:38 WIB
Anya Dellanita,
Sekar Langit Nariswari

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Susu sapi dikenal memiliki banyak manfaat bagi tumbuh kembang anak berkat kandungan nutrisinya.

Misalnya kalsium dalam susu sapi yang dapat membantu mendukung pertumbuhan tulang dan mencegah kerusakan gigi.

Lalu, protein di dalamnya juga dapat memperbaiki sekaligus membangun sel otot anak dan meningkatkan sistem kekebalan tubuhnya.

Baca juga: Lebih Sehat Mana Susu Sapi atau Kedelai?

Sayangnya, tidak semua anak dapat menoleransi protein dalam susu sapi tersebut.

Akibatnya, anak yang tidak bisa menoleransi protein susu sapi ini bisa mengalami beberapa gejala tertentu, yang biasa disebut dengan istilah alergi susu sapi (ASS).

Anak denga kasus seperti ini pun ada di Indonesia.

Berdasarkan data dari Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), angka kejadian alergi susu sapi sekitar 2-7,5 persen dengan kasus tertinggi terjadi pada usia awal kehidupan.

Beberapa hasil studi terkini pun menyatakan bahwa ketidakcukupan asupan nutrisi pada anak ASS ini dapat berpotensi menyebabkan stunting.

Studi tersebu menemukan bahwa stunting ditemukan pada 9 persen anak dengan alergi makanan.

Lalu, risiko bisa meningkat hingga 24 persen pada kelompok anak yang didiagnosis alergi protein susu sapi.

Baca juga: Sensitif dengan Susu Sapi, Maudy Ayunda Kini Rutin Konsumsi Oatmilk

Pakar Spesialis Anak Konsultan Alergi Imunologi, Dokter Zahrah Hikmah mengatakan alergi susu sapi timbul ketika sistem kekebalan tubuh salah mengartikan protein susu sapi, menganggapnya sebagai zat asing yang berbahaya bagi tubuh.

Dokter Spesialis Anak Konsultan Alergi Imunologi, Dokter Zahrah Hikmah dalam webinar Bicara Gizi 'Ketahui Kaitan Anak Alergi Susu Sapi dengan Stunting' pada Rabu (31/5) Dokter Spesialis Anak Konsultan Alergi Imunologi, Dokter Zahrah Hikmah dalam webinar Bicara Gizi 'Ketahui Kaitan Anak Alergi Susu Sapi dengan Stunting' pada Rabu (31/5)

Akibatnya, timbul beberapa gejala tertentu yang dapat dialami oleh anak dengan alergi susu sapi. Misalnya saja, masalah di saluran pencernaan, sistem pernapasan, dan kulit.

“Saat anak minum susu sapi, sistem imun menganggapnya sebagai zat asing berbahaya, sehingga melepaskan zat kimia yang disebut histamin yang merupakan suatu zat kimia yang diproduksi saat tubuh alami alergi untuk melawannya," ujar Zahrah.

Ia memaparkan hal ini dalam webinar Bicara Gizi 'Ketahui Kaitan Anak Alergi Susu Sapi dengan Stunting' yang digelar oleh Danone Specialized Nutrition (SN) Indonesia dalam rangka memperingati Allergy Awareness Week 2023, beberapa hari lalu.

Baca juga: Cara Mengenali Alergi Susu Sapi pada Anak

Zahrah pun menambahkan, anak dengan alergi susu sapi juga perlu dipenuhi asupan nutrisinya,

Halaman:

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau