Warga Maja, Lebak, bernama Bila (27) menambahkan, pengadaan lift dan eskalator yang lebih merata di stasiun perlu dilakukan.
Mengingat, banyak ibu hamil yang masih harus bekerja dan terpaksa menggunakan transportasi umum.
"Dengan adanya lift atau eskalator, selain mempermudah ibu hamil untuk naik transportasi umum, juga kan mengurangi risiko terjatuh atau kelelahan," tutur Bila yang juga pengguna setia KRL dan Transjakarta, Jumat.
Pasalnya, ada beberapa stasiun yang hanya menyediakan eskalator dan/atau lift pada satu sisi akses saja. Sedangkan akses di sisi lainnya hanya tersedia tangga.
Misalnya adalah Stasiun Cakung di Jakarta Timur. Lift berkapasitas empat orang hanya tersedia di akses via Jalan I Gusti Ngurah Rai.
Baca juga: 50 Kalimat Afirmasi Positif pada Ibu Hamil agar Bahagia
Sementara itu, akses via Jalan Raya Stasiun Cakung hanya memiliki dua tangga. Masing-masing tangga memiliki 45 anak tangga.
"Stasiun Palmerah juga, di Jalan Palmerah Timur yang sederet sama Menara Kompas. Di situ cuma ada tangga, tapi yang di sisi jalanan seberang dekat Gedung DPR aku enggak begitu merhatiin kondisinya sama atau enggak," kata Bila.
Tangga yang curam bisa membuat ibu hamil dan anak-anak kelelahan, serta dengkul dan kaki gemetar dan terasa lemas. Mereka berpotensi jatuh karena lemas.
Di eskalator, setidaknya ibu hamil dan anak-anak tidak perlu naik dan turun secara manual. Mereka tinggal berdiam diri menunggu tangga bergerak sendiri.
"Naik eskalator bisa dibilang jadi momen istirahat sejenak juga kalau sebelumnya sudah jalan kaki agak jauh. Bisa menghela nafas dulu sebelum lanjut bepergian," Bila berujar.
Tidak semua orang bisa tiba beberapa saat sebelum kereta tiba. Karena satu dan lain hal, mereka harus menunggu cukup lama di peron.
Untuk penumpang prioritas seperti ibu hamil, penyandang disabilitas, dan lansia, kehadiran kursi di peron sangat diperlukan.
Menurut Bila, saat ini jumlah kursi di peron masih belum cukup. Pada satu sisi peron, hanya tersedia sekitar tiga sampai empat kursi panjang.
Baca juga: Ibu Hamil Tidak Boleh Berdiri Terlalu Lama, Ternyata Ini Sebabnya
Pada jam-jam tertentu, jumlah tersebut sangat kurang memadai.
"Kursi di peron sering didudukin sama orang-orang yang sehat, apalagi anak muda. Jadinya penumpang prioritas terpaksa berdiri, apalagi ibu yang hamil muda dan enggak pakai pin," ungkap Bila.
Selain berharap jumlah kursi menunggu bisa lebih banyak, ia juga menilai perlu ada petugas yang bersiaga sehingga penumpang prioritas dapat dipastikan mendapatkan tempat duduk saat menunggu kereta di peron.
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang