BEKASI, KOMPAS.com – Sebagian daerah di Pulau Jawa memiliki motif batiknya masing-masing. Bahkan, satu daerah bisa menghasilkan beberapa motif.
Pendiri Griya Peni, Peni Cahyaningtyas, mengatakan bahwa setiap motif memiliki makna tersendiri. Apa saja? Yuk, simak penjelasannya.
“Motif Gringsing itu artinya, semoga yang memakai kain batik Gringsing menolak atau mematahkan segala energi negatif,” ucap dia kepada Kompas.com di Griya Peni Art Space, Pondok Gede, Kota Bekasi, Senin (30/9/2024).
Beberapa daerah penghasil batik Gringsing adalah Wonogiri, Kebumen, Yogyakarta, dan Cirebon. Ciri-ciri batik Gringsing adalah bulatan-bulatan seperti mata ikan di latar belakang kain.
Bagian depannya bisa dikombinasi dengan motif bunga atau burung. Namun, latar belakang harus bulatan-bulatan itu.
Baca juga: Griya Peni Art Space, Lestarikan Batik lewat Kelas Membatik
Selanjutnya adalah batik Pagi Sore dari Pekalongan. Memang tidak ada arti di balik motif ini. Namun, sejarah terciptanya motif Pagi Sore cukup unik.
“Dahulu, (bahan baku) susah banget masuk Nusantara. Jadi, pembatik mengakali bagaimana kain sepanjang dua meter punya dua motif atau dua warna,” terang Peni.
Setiap motif dan warna pada Pagi Sore cukup kontras satu sama lain. Ini untuk memungkinkan pengguna memakai satu motif dan warna pada pagi hari, serta satu motif dan warna lainnya pada sore ke malam hari.
“Kalau Pagi Sore yang ada di Griya Peni, motifnya kompeni dan buketan. Intinya, motif Pagi Sore selalu memiliki dua warna dan dua motif dalam satu kain,” ujar dia.
Dikutip dari Google Arts & Culture milik Unit Pengelola Museum Seni Indonesia Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi DKI Jakarta, Jumat (4/10/2024), munculnya motif Pagi Sore disebabkan oleh sulitnya bahan baku katun saat periode peperangan.
Ketika melawan Jepang pada tahun 1940-an, sulitnya bahan baku memasuki Nusantara disebabkan oleh terganggunya jalur perdagangan. Meski peperangan telah usai, batik Pagi Sore tetap eksis hingga kini karena ramai peminat.
Baca juga: Jangan Pakai Batik Motif Tertentu untuk Clubbing, Simak Penjelasannya
Kain batik Lasem bermotif naga dan burung foniks di Griya Peni Art Space, Pondok Gede, Kota Bekasi, Senin (30/9/2024).
Selanjutnya adalah batik Lasem motif naga dan burung foniks. Batik dengan dua motif ini identik dengan warna merah marun, karena pengaruh akulturasi dari budaya Tionghoa.
“Si naga melambangkan pria yang gagah dan berani, kalau burung foniks melambangkan perempuan yang lemah lembut, gemulai, cerdas, dan anggun,” jelas Peni.
Gunung Ringgit, identik dengan motif yang menyerupai sisik ikan, adalah motif lainnya dari batik Lasem. Makna di balik motif Gunung Ringgit adalah kemudahan rezeki bagi penggunanya.
Batik Gedog adalah batik khas Tuban yang dibuat dengan cara ditenun. Mereka identik dengan motif Kembang Waluh.