Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com, 4 Oktober 2024, 12:05 WIB
Nabilla Ramadhian,
Bestari Kumala Dewi

Tim Redaksi

BEKASI, KOMPAS.com – Sebagian daerah di Pulau Jawa memiliki motif batiknya masing-masing. Bahkan, satu daerah bisa menghasilkan beberapa motif.

Pendiri Griya Peni, Peni Cahyaningtyas, mengatakan bahwa setiap motif memiliki makna tersendiri. Apa saja? Yuk, simak penjelasannya.

1. Motif Gringsing

“Motif Gringsing itu artinya, semoga yang memakai kain batik Gringsing menolak atau mematahkan segala energi negatif,” ucap dia kepada Kompas.com di Griya Peni Art Space, Pondok Gede, Kota Bekasi, Senin (30/9/2024).

Beberapa daerah penghasil batik Gringsing adalah Wonogiri, Kebumen, Yogyakarta, dan Cirebon. Ciri-ciri batik Gringsing adalah bulatan-bulatan seperti mata ikan di latar belakang kain.

Bagian depannya bisa dikombinasi dengan motif bunga atau burung. Namun, latar belakang harus bulatan-bulatan itu.

Baca juga: Griya Peni Art Space, Lestarikan Batik lewat Kelas Membatik

2. Motif Pagi Sore

Selanjutnya adalah batik Pagi Sore dari Pekalongan. Memang tidak ada arti di balik motif ini. Namun, sejarah terciptanya motif Pagi Sore cukup unik.

“Dahulu, (bahan baku) susah banget masuk Nusantara. Jadi, pembatik mengakali bagaimana kain sepanjang dua meter punya dua motif atau dua warna,” terang Peni.

Setiap motif dan warna pada Pagi Sore cukup kontras satu sama lain. Ini untuk memungkinkan pengguna memakai satu motif dan warna pada pagi hari, serta satu motif dan warna lainnya pada sore ke malam hari.

“Kalau Pagi Sore yang ada di Griya Peni, motifnya kompeni dan buketan. Intinya, motif Pagi Sore selalu memiliki dua warna dan dua motif dalam satu kain,” ujar dia.

Dikutip dari Google Arts & Culture milik Unit Pengelola Museum Seni Indonesia Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi DKI Jakarta, Jumat (4/10/2024), munculnya motif Pagi Sore disebabkan oleh sulitnya bahan baku katun saat periode peperangan.

Ketika melawan Jepang pada tahun 1940-an, sulitnya bahan baku memasuki Nusantara disebabkan oleh terganggunya jalur perdagangan. Meski peperangan telah usai, batik Pagi Sore tetap eksis hingga kini karena ramai peminat.

Baca juga: Jangan Pakai Batik Motif Tertentu untuk Clubbing, Simak Penjelasannya

Kain batik Lasem bermotif naga dan burung foniks di Griya Peni Art Space, Pondok Gede, Kota Bekasi, Senin (30/9/2024).kompas.com / Nabilla Ramadhian Kain batik Lasem bermotif naga dan burung foniks di Griya Peni Art Space, Pondok Gede, Kota Bekasi, Senin (30/9/2024).

3. Motif naga dan burung foniks

Selanjutnya adalah batik Lasem motif naga dan burung foniks. Batik dengan dua motif ini identik dengan warna merah marun, karena pengaruh akulturasi dari budaya Tionghoa.

“Si naga melambangkan pria yang gagah dan berani, kalau burung foniks melambangkan perempuan yang lemah lembut, gemulai, cerdas, dan anggun,” jelas Peni.

4. Motif gunung ringgit

Gunung Ringgit, identik dengan motif yang menyerupai sisik ikan, adalah motif lainnya dari batik Lasem. Makna di balik motif Gunung Ringgit adalah kemudahan rezeki bagi penggunanya.

5. Batik Gedog

Batik Gedog adalah batik khas Tuban yang dibuat dengan cara ditenun. Mereka identik dengan motif Kembang Waluh.

Halaman:


Terkini Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau