Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Motif Batik Jlamprang Disebut Terancam Punah, Ini Sebabnya

Kompas.com, 3 Oktober 2024, 14:42 WIB
Devi Pattricia,
Bestari Kumala Dewi

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Berbagai daerah di Indonesia memiliki ciri khas motif batik yang berbeda-beda.

Bahkan, ada daerah yang memiliki lebih dari satu motif, yang lahir dan berkembang di sana, salah satunya Pekalongan.

Kota Pekalongan dikenal sebagai Kota Batik, karena memiliki produksi batik yang besar di Indonesia.

Baca juga: Jangan Pakai Batik Motif Tertentu untuk Clubbing, Simak Penjelasannya

Meskipun demikian, Pemerhati dan Motivator Batik Indra Tjahjani mengungkap, di Pekalongan ada motif batik yang mulai terancam punah.

“Saya belum melakukan penelitian secara khusus, batik daerah mana yang terancam punah. Tapi yang saya tahu, motifnya yang punah, karena pengrajinnya sudah wafat atau sudah terlalu sepuh, yaitu di Pekalongan,” kata Indra dalam Konferensi Pers dan Fashion Workshop: Hari Batik Nasional 2024 di Auditorium Tokopedia Tower, Jakarta Selatan, Rabu (2/10/2024).

Indra mengungkap, motif batik yang terancam punah itu adalah Batik Jlamprang. Jenis batik ini sempat sangat populer zaman dulu, tapi pengrajin batik yang membuatnya langsung dengan canting tulis sudah semakin langka.

Selain itu, pengrajin yang dulunya membuat batik Jlamprang dengan canting tulis sudah sangat tua dan memiliki keterbatasan fisik untuk kembali berkarya.

Ia menambahkan, saat ini produksi batik Jlamprang kebanyakan menggunakan cap. Sebab, jika dibuat dengan canting tulis, akan memerlukan waktu dan kemampuan khusus.

“Salah satu motif yang sudah jarang ini, nama motifnya yaitu Jlamprang. Motif Jlamprang sekarang ini kebanyakan cap, karena pembatik canting tulisnya sudah tidak sanggup lagi untuk berkarya,” tutur dia.

Motif batik Jlamprang memiliki ciri khas bentuk bulat dan kotak geometris yang saling berhimpitan, hingga menjadi pola yang padat. Motif ini biasanya menggunakan lebih dari dua jenis warna dalam satu kain.

Baca juga: 3 Upaya Menjaga Eksistensi Batik pada Generasi Muda

Teknik yang cukup kompleks dan membutuhkan banyak waktu, membuat para pengrajin batik Jlamprang sulit untuk mencari penerus.

“Sedangkan di tempat tersebut cukup sulit untuk mendapatkan regenerasi untuk mengerjakan batik Jlamprang itu dengan teknik tulis,” imbuh Indra.

Lebih lanjut, Indra menyebutkan bahwa upah pembatik yang rendah juga menjadi faktor penyebab minimnya generasi muda yang menjadi pengrajin batik.

“Memang sulit untuk mengajak yang muda-muda untuk berkecimpung di situ, karena memang honor mereka di bawah UMR, jadi kami tidak bisa menahan hal tersebut,” tambah dia.

Baca juga: Transformasi Batik Jakarta, Adopsi Corak Batik Jawa hingga Populerkan Ikon Kota

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang



Terkini Lainnya
Bukan Jarang Bertengkar, Ini Satu Tanda Hubungan Sehat yang Sering Terlewat Menurut Psikolog
Bukan Jarang Bertengkar, Ini Satu Tanda Hubungan Sehat yang Sering Terlewat Menurut Psikolog
Relationship
Lebih Ringan dan Resposif, Puma Andalkan Teknologi Nitrofoam untuk Sepatu Lari
Lebih Ringan dan Resposif, Puma Andalkan Teknologi Nitrofoam untuk Sepatu Lari
Wellness
Mengenal Hydroxyapatite, Kandungan Pasta Gigi yang Bisa Memperkuat Enamel
Mengenal Hydroxyapatite, Kandungan Pasta Gigi yang Bisa Memperkuat Enamel
Wellness
Michael Kors Hadirkan Nuansa Liburan Musim Dingin yang Glamour
Michael Kors Hadirkan Nuansa Liburan Musim Dingin yang Glamour
Fashion
Tips Memilih Pasta Gigi yang Aman, Termasuk Pilih yang Bisa Mencegah Plak
Tips Memilih Pasta Gigi yang Aman, Termasuk Pilih yang Bisa Mencegah Plak
Wellness
Rita Berhasil Turunkan Berat Badan Tanpa Olahraga Berat, Dimulai dari Mengubah Pola Makan
Rita Berhasil Turunkan Berat Badan Tanpa Olahraga Berat, Dimulai dari Mengubah Pola Makan
Wellness
Bisakah Obat Kumur dan Benang Floss Menggantikan Pasta Gigi?
Bisakah Obat Kumur dan Benang Floss Menggantikan Pasta Gigi?
Wellness
Ice Facial Viral di Media Sosial, Ini Manfaat dan Cara Aman Melakukannya
Ice Facial Viral di Media Sosial, Ini Manfaat dan Cara Aman Melakukannya
Wellness
Perhatikan 3 Hal Ini Saat Membeli Perhiasaan Emas, Jangan Sampai Rugi
Perhatikan 3 Hal Ini Saat Membeli Perhiasaan Emas, Jangan Sampai Rugi
Fashion
Mengapa Anak di Bawah 16 Tahun Dinilai Belum Siap Bermedia Sosial?
Mengapa Anak di Bawah 16 Tahun Dinilai Belum Siap Bermedia Sosial?
Parenting
6 Zodiak yang Bisa Menikmati Waktu Sendiri Tanpa Kesepian, Ada Aquarius
6 Zodiak yang Bisa Menikmati Waktu Sendiri Tanpa Kesepian, Ada Aquarius
Wellness
4 Zodiak Dikenal Paling Penyayang pada Hewan Peliharaan, Siapa Saja?
4 Zodiak Dikenal Paling Penyayang pada Hewan Peliharaan, Siapa Saja?
Wellness
Tips Mix and Match Kebaya Encim, Warna Kontras Bikin Lebih Hidup
Tips Mix and Match Kebaya Encim, Warna Kontras Bikin Lebih Hidup
Fashion
Luna Maya Pilih Olahraga Pagi demi Kebugaran dan Kesehatan Mental
Luna Maya Pilih Olahraga Pagi demi Kebugaran dan Kesehatan Mental
Wellness
Menjajal Facial Brightening untuk Wajah Tampak Cerah dan Segar
Menjajal Facial Brightening untuk Wajah Tampak Cerah dan Segar
Beauty & Grooming
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau