KOMPAS.com - Pasangan suami istri, IG (39) dan KS (39) harus menghadapi jeratan hukum setelah tertangkap menggelar pesta seks “swinger” di Jakarta.
Adapun swinger adalah orang yang terlibat dalam kegiatan “swinging”, di mana dua atau lebih pasangan saling bertukar pasangan untuk rekreasi.
Kegiatan ini dianggap sebagai salah satu cara untuk memperkaya pengalaman dalam hubungan. Namun, ketika dilakukan secara berlebihan tanpa kontrol yang jelas, eksplorasi seksual ini dapat menimbulkan masalah.
Baca juga: Apa Itu Swinger? Fenomena di Balik Kasus di Jakarta dan Bali
Meski bagi sebagian orang kegiatan ini dianggap sebagai variasi dalam hubungan, Seksolog, dr. Haekal Anshari, M. Biomed (AAM) mengatakan, swinging dapat menimbulkan kecanduan bila tidak didasari batasan yang jelas.
“Ketika seseorang atau suatu pasangan terlalu jauh melakukan swinging, yang namanya manusia, kita enggak tahu bagaimana isi hatinya,” ujar Haekal kepada Kompas.com, Minggu (12/01/2025).
Meskipun dimulai sebagai eksplorasi seksual yang didasari kesepakatan, ada kemungkinan emosi yang tak terduga muncul di antara para pelakunya, seperti perasaan terikat secara emosional.
“Mungkin karena sudah sering melakukan, dia mendapatkan pengalaman baru yang lebih memuaskan dari orang lain dibandingkan dari pasangan sahnya,” ujarnya.
Terlalu sering menjadi swinger bisa menyebabkan ketidakpuasan dalam hubungan utama, yang akhirnya mempengaruhi kualitas hubungan dengan pasangan sah.
Baca juga: Di Mana Batasan “Normal” dalam Eksplorasi Seksual?
Untuk itu, Haekal mengatakan bahwa perlu ada batasan dalam melakukan eksplorasi seksual swinging ini. Termasuk dengan membangun kesepakatan dan komunikasi solid antara suami-istri.
"Lama-lama dia akan mengalami sex addiction (kecanduan seks). Ini sifatnya enggak akan pernah puas," ujarnya.
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang