Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pengalaman Buruk Bikin Ibu Larang Anaknya Dicium Saat Lebaran

Kompas.com, 26 Maret 2025, 11:30 WIB
Nabilla Ramadhian,
Bestari Kumala Dewi

Tim Redaksi

KOMPAS.com – Sembarangan mencium bayi dan balita dapat membahayakan kesehatan mereka, seperti menularkan beragam penyakit berbahaya.

Pneumonia termasuk salah satu penyakit yang dikhawatirkan para orangtua. Penyakit ini menyerang paru-paru dan saluran napas, serta bisa berujung pada komplikasi serius, bahkan kematian.

Oleh karena itu, para ibu dengan bayi dan balita menjadi sangat waspada menjelang Hari Raya Lebaran. Setidaknya, inilah yang dialami oleh warga Kota Depok bernama Sari (27) dan warga Jakarta Barat bernama Ulfa (27).

Baca juga: Bayi Diberi Kopi untuk Mencegah Epilepsi, Mitos atau Fakta?

Untuk Sari sendiri, anaknya baru berusia dua tahun. Ia memiliki pengalaman buruk terkait momen kehangatan seperti mencium anak. Sebab, kulit anaknya sangat sensitif sejak bayi.

“Anakku dicium-cium, sama tetangga pula. Setelah kejadian itu, kulitnya langsung bereaksi,” ungkap Sari kepada Kompas.com, Selasa (25/3/2025).

Ciuman yang dianggap sebagai tanda untuk menunjukkan rasa gemas pada anak justru membawa petaka. Kulit wajah anak Sari menjadi kemerahan. Ditambah lagi, anaknya merasakan gatal yang luar biasa.

Sari pun langsung membersihkan kulit sang buah hati dengan tisu basah. Ia juga menegur sang suami untuk lebih tegas dan tidak kecolongan lagi.

“Dan juga, banyak konten dari dokter soal bahaya mencium anak sembarangan, yang bisa membawa banyak penyakit. Jadinya aku lebih waspada,” terang dia.

Khawatir berkat konten edukasi

Sementara Ulfa, ia mengaku tidak pernah mengalami kejadian yang tidak mengenakkan seperti Sari. Namun, ia tetap waspada dan menjaga, agar anaknya tidak sembarangan dicium orang-orang selain dari keluarga inti.

Sebab, ia pun sama seperti Sari yang sering membaca konten edukasi tentang bahaya mencium anak sembarangan.

“Kebanyakan konten dari internet dan berita, dan suka ada yang cerita tentang anak yang kena penyakit berbahaya karena dicium orang,” kata Ulfa.

Ada pula pengalaman orang lain tentang kulit anaknya yang menjadi iritasi dan kemerahan karena pipi mereka dicubit sembarangan.

“Lebih baik mencegah hal-hal seperti itu terjadi daripada ada apa-apa sama anak kita,” tegas dia.

Baca juga: Cegah Anak Dicolek dan Dicium Orang Lain Saat Lebaran, Apa Bisa?

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang



Terkini Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau