KOMPAS.com – Ketegangan hubungan antara Victoria Beckham dan putra sulungnya, Brooklyn Beckham menjadi sorotan, usai dirinya tidak hadir di berbagai acara keluarga.
Kabarnya hubungan mereka mulai renggang sejak pernikahan Brooklyn dengan Nicola Peltz pada 2022 lalu.
Victoria dikabarkan merasa tersingkirkan. Bahkan, dalam dokumenter Beckham, member Spice Girls itu sempat menyinggung masa-masa sulit keluarganya, yang dipercaya berkaitan dengan dinamika yang berubah setelah Brooklyn menikah.
Baca juga: Serba Ungu, Victoria dan David Beckham Reka Ulang Foto Pernikahan 25 Tahun Lalu
Konflik tersebut memperlihatkan bahwa tidak semua hubungan mertua dan menantu berjalan mulus, apalagi antara ibu mertua dan menantu perempuan.
Namun sebenarnya, apakah perempuan memang susah dekat dengan ibu mertuanya?
Psikolog Anak, Remaja, dan Keluarga Farraas Afiefah Muhdiar menjelaskan, relasi ini memang punya tantangan tersendiri. Berikut beberapa alasan mengapa perempuan sering kesulitan dekat dengan ibu mertua.
Perempuan yang menikah dan menjadi menantu pertama di keluarga, biasanya akan menghadapi lebih banyak ekspektasi.
Proses adaptasi ini kadang menimbulkan gesekan, terutama jika ibu mertua memiliki keterikatan emosional yang kuat dengan anak laki-lakinya.
“Sebenarnya belum tentu menantu perempuan akan sulit dekat dengan ibu mertua. Tapi pada dasarnya sangat mungkin berproses dulu, terutama ketika itu mungkin menantu pertama,” ujar Farraas kepada Kompas.com, Selasa (20/5/2025).
Setelah anak laki-laki menikah, peran sang ibu otomatis berubah. Namun, tidak semua ibu siap dengan perubahan tersebut.
Kadang masih ada kelekatan emosional yang membuat mereka kesulitan memberikan ruang bagi menantu.
“Banyak ibu yang pada akhirnya belum bisa melepaskan anaknya, belum paham bahwa ketika anak sudah menikah berarti perannya akan berbeda,” kata dia.
Baca juga: Perbedaan Nilai antara Mertua dan Menantu Bisa Jadi Benih Konflik Saat Tinggal Bersama
Ada juga kondisi ketika ibu terlalu banyak menaruh harapan pada anak laki-lakinya, apalagi jika selama ini mereka sangat dekat atau bahkan secara emosional menggantungkan diri pada anak tersebut.
Sehingga, rasa kehilangan dan tidak siap melepaskan anak untuk membangun hidup yang baru semakin tinggi.
Ketika sang anak mulai mencurahkan perhatian lebih besar ke istrinya, ibu bisa merasa tersisih atau bahkan cemburu.
Perasaan ini bisa menjadi akar konflik yang umum terjadi, namun tidak disadari.
“Ada kalanya si ibu ini secara emosional sangat dekat dengan anak laki-lakinya atau ada kasus di mana ibu ini mengasuh anak laki-lakinya seperti suami yang tidak dia dapatkan,” jelas Farraas.
Menantu perempuan mungkin saja dibesarkan dalam keluarga dengan nilai dan kebiasaan berbeda.
Saat masuk ke keluarga suami, adaptasi jadi kunci meski hal tersebut tidak selalu mudah.
Baca juga: 5 Manfaat Berkebun seperti yang Dilakukan David Beckham
Di sinilah peran penting suami dan juga anak laki-laki dibutuhkan sebagai penengah.
Jika merekai tidak bisa menetapkan batas sehat antara istri dan ibunya, konflik akan berlarut-larut yang bisa merusak hubungan rumah tangganya dengan sang istri.
“Lebih parah lagi ketika anak laki-lakinya belum bisa menetapkan batasan yang sehat dengan orangtuanya. Jadi bingung mau mendukung siapa,” terang Farraas.
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang