Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Waktu Tepat Makan Buah, Sebelum atau Sesudah Makan Berat? Ini Kata Dokter

Kompas.com, 27 Agustus 2025, 17:05 WIB
Devi Pattricia,
Ni Nyoman Wira Widyanti

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com – Ada anggapan makan buah sebaiknya sebelum makan "berat" agar lebih cepat dicerna dan nutrisinya terserap maksimal. Benarkah demikian?

Sekretaris Jenderal Pengurus Pusat Perhimpunan Dokter Gizi Klinik Indonesia (PP PDGKI), dr. Erwin Christianto, Sp.GK, M.Gizi menjelaskan, anggapan tersebut sebenarnya tidak sepenuhnya tepat, terutama jika berdasar pada kebiasaan makan orang Indonesia.

Baca juga:

“Kalau kita makan sendiri-sendiri atau terpisah setiap makanan. Dari nasi, daging, dan lauk lainnya, maka buah yang paling cepat dicerna oleh tubuh,” kata Erwin dalam diskusi media bersama Novo Nordisk di Jakarta Pusat, Sabtu (23/8/2025).

Makan buah sebelum atau sesudah makan berat?

Banyak yang percaya makan buah sebelum makan berat lebih sehat. Benarkah demikian? Simak penjelasan ilmiahnya berikut ini.Pexels/Jane Trang Doan Banyak yang percaya makan buah sebelum makan berat lebih sehat. Benarkah demikian? Simak penjelasan ilmiahnya berikut ini.

Menurut Erwin, makan buah sebelum makan hanya berlaku bila seseorang benar-benar memisahkan makanan secara bertahap. 

Misalnya, makan buah lebih dulu, lalu setelah itu baru beralih ke nasi atau lauk lain dengan jeda waktu tertentu.

“Tapi kalau kita makannya nasi campur atau satu porsi langsung berbagai macam lauk maka semuanya akan tercerna bersamaan,” jelasnya.

Namun, jika kebiasaan makannya digabung dalam satu porsi maka buah bisa dimakan sebelum maupun sesudah makan. Sebab, proses pencernaannya akan sama dengan makanan lain. 

Baca juga:

Mengapa anjuran makan buah sebelum makan kurang tepat?

(Kiri ke kanan) Direktur Klinis, Medis dan Regulasi Novo Nordisk Indonesia, dr. Riyanny Meisha Tarliman dan Sekretaris Jenderal Pengurus Pusat Perhimpunan Dokter Gizi Klinik Indonesia (PP PDGKI), dr. Erwin Christianto, Sp.GK, M.Gizi dalam diskusi media di Jakarta Pusat, Sabtu (23/8/2025).KOMPAS.com/DEVI PATTRICIA (Kiri ke kanan) Direktur Klinis, Medis dan Regulasi Novo Nordisk Indonesia, dr. Riyanny Meisha Tarliman dan Sekretaris Jenderal Pengurus Pusat Perhimpunan Dokter Gizi Klinik Indonesia (PP PDGKI), dr. Erwin Christianto, Sp.GK, M.Gizi dalam diskusi media di Jakarta Pusat, Sabtu (23/8/2025).

Erwin mengatakan, anjuran makan buah sebelum makan nasi sebenarnya kurang bisa diterapkan di Indonesia.

Di Indonesia, pola makan yang umum adalah makan nasi dengan berbagai lauk sekaligus dalam satu piring. 

“Jadi anjuran makan buah sebelum makan itu sebetulnya kurang applicable, sebab orang Indonesia itu biasanya sering makan nasi dengan lauk lainnya bersamaan, bukan setiap lauk dimakan terpisah dan ada jeda durasi tertentu,” jelasnya.

Ia menambahkan, ketika dalam satu piring terdapat nasi, protein, sayuran, dan buah maka tubuh akan mencerna makanan tersebut secara bersamaan, tapi terpisah sesuai komposisinya. 

Tidak ada masalah apakah buah dimakan di awal atau akhir, selama porsi makan dan asupan gizinya tetap seimbang.

Halaman:


Terkini Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau