Buah pada dasarnya memang makanan yang lebih cepat diserap tubuh dibanding nasi atau protein hewani.
Hal ini disebabkan kandungan serat dan air pada buah yang tinggi sehingga proses pencernaannya lebih ringan.
“Ketika kamu makan dalam satu piring ada nasi, protein, sayuran, dan buah, makanan tersebut akan dicerna di tubuh secara terpisah dan berbeda,” ujar Erwin.
Artinya, buah tetap akan diproses dengan optimal oleh sistem pencernaan, meskipun dikonsumsi bersamaan dengan makanan lain.
Daripada memperdebatkan buah lebih baik dikonsumsi sebelum atau sesudah makan, Erwin menekankan, yang lebih penting adalah komposisi makanan dalam satu piring.
“Intinya anjuran makan buah sebelum makan nasi itu salah kesimpulan. Penelitiannya pun bukan makan buah di awal atau di akhir lebih cepat dicerna yang mana,” katanya.
Menurut Erwin, semua makanan akan dicerna tubuh dengan baik selama porsinya seimbang.
Idealnya, dalam satu piring terdapat seperempat nasi, seperempat lauk protein, seperempat sayur, dan seperempat buah.
Dengan pola ini, tubuh mendapatkan gizi seimbang tanpa perlu khawatir soal waktu konsumsi buah.
Ia menerangkan, tidak ada aturan baku bahwa buah harus selalu dikonsumsi sebelum atau sesudah makan. Hal yang terpenting adalah menjadikannya bagian dari pola makan seimbang setiap hari dengan konsisten.
Baca juga:
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang