Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tak Hanya Mengantuk, Kurang Tidur Juga Bisa Sebabkan Penyakit Jantung

Kompas.com, 22 September 2025, 21:05 WIB
Rafa Aulia Febriani ,
Bestari Kumala Dewi

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Jadwal kerja padat dan tuntutan hidup sering membuat orang dewasa kekurangan jam tidur.

Kebiasaan ini terlihat sepele, tetapi bila berlangsung lama dapat memicu gangguan serius pada kesehatan jantung.

"Memang penyakit kurang tidur yang kronis itu akan mencetuskan serangan jantung," kata dr. Rony M. Santoso, Sp.JP (K), FIHA, FESC, FAPSC, FSCAI, dokter spesialis jantung dari Primaya Hospital tangerang, dalam Primaya Cardiovascular Conference 2025, Jakarta, Sabtu (20/9/2025).

Baca juga: Cara Mencegah Penyakit Jantung Menurut Dokter, Jangan Tunggu Ada Gejala

Lebih lanjut, dr. Rony memaparkan berbagai kondisi kurang tidur dan risiko yang bisa terjadi pada kesehatan jantung.

Kondisi kurang tidur dan risikonya pada kesehatan jantung

Kondisi sleep apnea 

Sleep apnea dan insomnia, jenis gangguan tidur yang memicu penyakit jantung menurut dokter.Shutterstock/tommaso79 Sleep apnea dan insomnia, jenis gangguan tidur yang memicu penyakit jantung menurut dokter.

Dr. Rony menuturkan, ada dua jenis gangguan tidur yang berhubungan dengan penyakit jantung, yaitu sleep apnea dan insomnia.

Sleep apnea ditandai dengan kondisi di mana seseorang seperti tidur, tapi aslinya tidak tidur. 

"Pernah enggak lihat orang tidur, terus dia ngorok, tiba-tiba ngoroknya makin kencang, terus tiba-tiba berhenti, itu adalah tanda-tanda sleep apnea," jelasnya.

"Snoring (mendengkur) terus tiba-tiba dia berhenti, terus dia kayak keselak waktu tidur," lanjutnya.

Baca juga: Jangan Tunggu sampai Tua, Pemeriksaan Jantung Sebaiknya Dilakukan Lebih Dini

Gangguan ini kerap muncul pada orang dengan berat badan berlebih, leher pendek, dan pola tidur tidak teratur. 

"Orang-orang yang seperti itu risiko jantungnya sangat tinggi," ujarnya.

Kondisi insomnia 

Sleep apnea dan insomnia, jenis gangguan tidur yang memicu penyakit jantung menurut dokter.Freepik/nongsurachi Sleep apnea dan insomnia, jenis gangguan tidur yang memicu penyakit jantung menurut dokter.

Sementara itu, insomnia berbeda dengan sekadar kurang tidur karena sibuk. Menurut dr. Rony, insomnia adalah kondisi sulit tidur atau tidak bisa tidur meskipun tubuh sudah waktunya beristirahat.

"Insomnia yaitu memang tidak tidur atau tidak bisa tidur. Tidak bisa tidur lain dengan tidak tidur," jelasnya.

Baca juga: Bagaimana Tekanan Darah Tinggi Bisa Memicu Serangan Jantung

Biasanya, insomnia terjadi karena kebutuhan pekerjaan, seperti halnya orang dewasa yang kerap kurang tidur karena sibuk bekerja. 

"Tidak tidur karena pekerjaan misal satpam, security, kan dia enggak tidur. Atau memang dia sebetulnya waktunya tidur, tapi dia tidak bisa tidur karena banyak pikiran atau bergadang nonton bola," paparnya. 

Hal ini, menurutnya, akan menyebabkan peningkatan faktor-faktor inflamasi di dalam tubuh.

"Jadi tubuh kita seakan-akan awake (bangun), jadi suatu sistem yang disebut sistem saraf simpatis itu akan meningkat fungsinya. Karena kita seolah-olah terbangun, padahal waktunya tidur," ungkapnya. 

Baca juga: Kenapa Anak Muda Bisa Kena Serangan Jantung? Ini Penjelasan Dokter

Risiko jantung koroner di usia muda 

Kurang tidur bisa tingkatkan risiko penyakit jantung, begini penjelasan dokter. SHUTTERSTOCK/FANGSTW Kurang tidur bisa tingkatkan risiko penyakit jantung, begini penjelasan dokter.

Menurut dr. Rony, saat sistem saraf simpatis aktif, hormon kortisol dan faktor inflamasi ikut meningkat. Kondisi ini membuat tekanan darah naik dan pembuluh darah akan berjaland dengan cepat. 

"Hormon naik, kortisol naik, faktor inflamasi ikut naik, apa yang terjadi? Proses penyumbatan di pembuluh darah jantung atau arteriosklerosis itu akan berjalan dengan cepat," tuturnya.

Baca juga: Jantung Berdebar tapi Hasil Medis Normal? Waspadai Psikosomatik

Lebih lanjut, kondisi ini akan meningkatkan terjadinya suatu penyakit jantung koroner terutama di usia muda dan waktunya tidak bisa diprediksi.

"Entah kapan, ya tergantung dari berapa lama dia melakukan aktivitas tersebut," ucapnya.

Adapun kata dr. Rony, penyakit jantung koroner biasanya ditangani dengan kateterisasi dan pemasangan ring untuk membuka pembuluh darah yang tersumbat.

"Kalau koroner pengobatannya adalah dengan cara kateterisasi, kemudian kita balon, kita buka dengan balon, terus kemudian kalau memang perlu balon cukup ataupun dengan pemasangan ring," tambahnya. 

Oleh karena itu, untuk mencegah adanya penyakit jantung seperti halnya jantung koroner, penting untuk menerapkan gaya hidup teratur.

Baca juga: Bagaimana Tekanan Darah Tinggi Bisa Memicu Serangan Jantung

Dengan tidur yang cukup, jaga pola makan, olahraga teratur, akan menurunkan potensi terjadinya penyakit jantung. 

Tidur yang cukup adalah salah satu cara termudah untuk melindungi jantung sejak dini. 

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang



Terkini Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau