Editor
KOMPAS.com - Pernah merasa lemas, mual, sulit tidur, atau jantung berdebar-debar tanpa sebab yang jelas namun hasil pemeriksaan medis menunjukkan kondisi baik-baik saja?
Jika ya, jangan buru-buru mengabaikan atau merasa “cuma capek biasa”. Bisa jadi, kamu sedang mengalami gangguan psikosomatik.
Psikosomatik adalah kondisi medis nyata yang dipengaruhi oleh faktor psikologis dan emosional. Menurut Dr. E. Mudjaddid, Sp.PD-KPsi, gangguan ini mencerminkan hubungan erat antara pikiran dan tubuh.
“Bukan berarti pasien berpura-pura sakit. Emosi negatif seperti kecemasan, ketakutan, atau trauma masa lalu dapat ‘menyamar’ menjadi gejala fisik di berbagai organ tubuh,” jelas dokter internis dan konsultan psikosomatik dan paliatif medik di Bethsaida Hospital Gading Serpong ini.
Baca juga: 7 Dampak Psikologis Menyakiti Anak, Sebabkan Trauma dan Psikosomatis
Salah satu hal yang membuat psikosomatis sulit dikenali adalah karena keluhannya sering berpindah-pindah. Hari ini nyeri lambung, besok pusing, lalu sulit tidur, jantung berdebar, atau badan terasa sangat lelah, semuanya bisa terjadi hampir bersamaan.
Gejala-gejala ini kadang membuat pasien merasa “aneh sendiri”, padahal ada dasar medis dan psikologis yang mendasarinya.
Menurut dr.Mudjaddid, secara klinis gangguan psikosomatik biasanya ditandai dengan:
- Tidak ditemukan kelainan organik meski sudah dilakukan pemeriksaan menyeluruh.
- Bila tidak ditangani, bisa berkembang menjadi gangguan fisik yang nyata.
- Tidak disertai gangguan kejiwaan berat seperti psikosis atau gangguan kepribadian berat.
Baca juga: Sama-sama di Lambung, Dokter: Ini Beda Gastritis dan GERD
- Keluhan berkaitan dengan tekanan emosional, seperti rasa rendah diri, penolakan, trauma, kecemasan, hingga stres kronis.
- Gejala berpindah-pindah dari satu organ ke organ lain tanpa pola medis yang khas.
- Sering dipicu oleh faktor stres dalam kehidupan sehari-hari—baik dari pekerjaan, keluarga, masalah keuangan, maupun dinamika sosial.
Penelitian dari World Health Organization (WHO) dan jurnal seperti Psychosomatic Medicine menunjukkan bahwa gangguan psikosomatik merupakan bentuk nyata dari apa yang disebut sebagai “somatic symptom disorder”. Artinya, gejala fisik yang timbul bukan hanya hasil imajinasi, tetapi reaksi nyata dari tubuh terhadap tekanan emosional yang tidak tersalurkan dengan sehat.
Dalam jangka panjang, stres yang tidak dikelola dapat memicu ketidakseimbangan hormon stres (seperti kortisol), yang berdampak pada tekanan darah, sistem pencernaan, kualitas tidur, bahkan sistem imun. Inilah mengapa psikosomatik tak bisa dianggap remeh.
Baca juga: Sempat Idap Psikosomatis, Sogi Indra Dhuaja Konsumsi Obat 90 Hari Tanpa Henti