Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jantung Berdebar tapi Hasil Medis Normal? Waspadai Psikosomatik

Kompas.com, 31 Juli 2025, 11:36 WIB
Lusia Kus Anna

Editor

KOMPAS.com - Pernah merasa lemas, mual, sulit tidur, atau jantung berdebar-debar tanpa sebab yang jelas namun hasil pemeriksaan medis menunjukkan kondisi baik-baik saja? 

Jika ya, jangan buru-buru mengabaikan atau merasa “cuma capek biasa”. Bisa jadi, kamu sedang mengalami gangguan psikosomatik.

Psikosomatik adalah kondisi medis nyata yang dipengaruhi oleh faktor psikologis dan emosional.  Menurut Dr. E. Mudjaddid, Sp.PD-KPsi, gangguan ini mencerminkan hubungan erat antara pikiran dan tubuh.

“Bukan berarti pasien berpura-pura sakit. Emosi negatif seperti kecemasan, ketakutan, atau trauma masa lalu dapat ‘menyamar’ menjadi gejala fisik di berbagai organ tubuh,” jelas dokter internis dan konsultan psikosomatik dan paliatif medik di Bethsaida Hospital Gading Serpong ini.

Baca juga: 7 Dampak Psikologis Menyakiti Anak, Sebabkan Trauma dan Psikosomatis

Gejala psikosomatik sering membingungkan

Salah satu hal yang membuat psikosomatis sulit dikenali adalah karena keluhannya sering berpindah-pindah. Hari ini nyeri lambung, besok pusing, lalu sulit tidur, jantung berdebar, atau badan terasa sangat lelah, semuanya bisa terjadi hampir bersamaan. 

Gejala-gejala ini kadang membuat pasien merasa “aneh sendiri”, padahal ada dasar medis dan psikologis yang mendasarinya.

Menurut dr.Mudjaddid, secara klinis gangguan psikosomatik biasanya ditandai dengan:

- Tidak ditemukan kelainan organik meski sudah dilakukan pemeriksaan menyeluruh.

- Bila tidak ditangani, bisa berkembang menjadi gangguan fisik yang nyata.

- Tidak disertai gangguan kejiwaan berat seperti psikosis atau gangguan kepribadian berat.

Baca juga: Sama-sama di Lambung, Dokter: Ini Beda Gastritis dan GERD

- Keluhan berkaitan dengan tekanan emosional, seperti rasa rendah diri, penolakan, trauma, kecemasan, hingga stres kronis.

- Gejala berpindah-pindah dari satu organ ke organ lain tanpa pola medis yang khas.

- Sering dipicu oleh faktor stres dalam kehidupan sehari-hari—baik dari pekerjaan, keluarga, masalah keuangan, maupun dinamika sosial.

Psikomatik jangan diabaikan

Penelitian dari World Health Organization (WHO) dan jurnal seperti Psychosomatic Medicine menunjukkan bahwa gangguan psikosomatik merupakan bentuk nyata dari apa yang disebut sebagai “somatic symptom disorder”. Artinya, gejala fisik yang timbul bukan hanya hasil imajinasi, tetapi reaksi nyata dari tubuh terhadap tekanan emosional yang tidak tersalurkan dengan sehat.

Dalam jangka panjang, stres yang tidak dikelola dapat memicu ketidakseimbangan hormon stres (seperti kortisol), yang berdampak pada tekanan darah, sistem pencernaan, kualitas tidur, bahkan sistem imun. Inilah mengapa psikosomatik tak bisa dianggap remeh.

Baca juga: Sempat Idap Psikosomatis, Sogi Indra Dhuaja Konsumsi Obat 90 Hari Tanpa Henti

Halaman:


Terkini Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau