Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

3 Dampak Orangtua Terlalu Membela Anak di Sekolah Menurut Psikolog

Kompas.com, 24 September 2025, 20:05 WIB
Ida Setyaningsih

Penulis

KOMPAS.com - Ketika anak mendapat teguran di sekolah, tak jarang orangtua ingin langsung membela anak.

Menurut psikolog keluarga Sukmadiarti Perangin-angin, M.Psi., walaupun perasaan itu wajar, namun jika membela anak secara berlebihan justru akan berdampak buruk pada perkembangan psikologis anak.

Terutama kemampuan anak menghadapi masalah.

Sukmadiarti menjelaskan, anak yang dibela terus-menerus cenderung kesulitan belajar menerima kritik dan menilai diri sendiri secara realistis.

“Kalau anak selalu merasa benar karena orangtua langsung membela, dia akan sulit memahami batasan, tanggung jawab, dan konsekuensi dari perbuatannya,” ujar Sukmadiarti saat dihubungi Kompas.com, Senin (22/9/2025).

Baca juga: Anak Ditegur Guru, Kapan Orangtua Harus Mendengar, Kapan Harus Bicara?

Anak perlu didengar, bukan selalu dibela

Sukmadiarti menekankan, ketika anak mengadukan teguran atau konflik di sekolah, hal pertama yang dibutuhkan adalah didengar, bukan dibela.

“Anak ingin cerita, merasa diterima, dan mendapat dukungan emosional. Orangtua yang bereaksi berlebihan justru bisa membuat anak fokus pada pembelaan, bukan pembelajaran dari kesalahan,” ungkapnya.

Menurut dia, anak yang didengarkan dengan penuh empati akan lebih mudah memproses perasaannya, mengenali kesalahan, dan mencari solusi.

"Orangtua bisa memeluk, menenangkan, dan memberi rasa aman, lalu membimbing anak melihat permasalahan dengan perspektif yang lebih luas,” tambah Sukmadiarti.

Baca juga: Anak Ditegur Guru, Kapan Orangtua Harus Mendengar, Kapan Harus Bicara?

Dampak membela anak secara berlebihan saat ditegur guru

  • Kurang bertanggung jawab

Membela anak tanpa menilai konteks dapat menimbulkan beberapa dampak jangka panjang.

Pertama, anak menjadi kurang bertanggung jawab.

“Jika selalu ada orangtua yang menutup konsekuensi atau menyalahkan pihak lain, anak tidak belajar memperbaiki perilaku atau menghadapi akibat dari kesalahannya,” jelas Sukmadiarti.

  • Kemampuan sosial anak terganggu

Kedua, kemampuan sosial anak bisa terganggu. Anak yang terbiasa dibela mungkin kesulitan bekerja sama, menerima kritik teman, atau menyesuaikan diri di lingkungan baru.

  • Motivasi belajar menurun

Ketiga, motivasi belajar anak dapat menurun karena fokus utama adalah menghindari kesalahan, bukan memahami pelajaran atau nilai dari pengalaman.

Anak mengadu ditegur guru? Ketahui kapan orangtua cukup mendengar dan kapan perlu ikut campur, menurut psikolog keluarga.freepik Anak mengadu ditegur guru? Ketahui kapan orangtua cukup mendengar dan kapan perlu ikut campur, menurut psikolog keluarga.

Cara orangtua bersikap saat anak ditegur guru

Sukmadiarti menyarankan beberapa langkah untuk menyeimbangkan peran orangtua.

Pertama, dengarkan anak sepenuhnya sebelum menilai situasi.

Kedua, klarifikasi informasi melalui jalur yang tepat, misalnya guru wali kelas atau guru BK, jika diperlukan.

Ketiga, bantu anak menghadapi konsekuensi dengan cara membangun, misalnya menulis surat permintaan maaf atau mengikuti kegiatan perbaikan perilaku di sekolah.

“Intinya, orangtua tidak menghapus masalah, tapi mendampingi anak belajar dari pengalaman. Ini akan membantu membentuk karakter yang lebih tangguh dan mandiri,” kata Sukmadiarti.

Baca juga: Belajar dari Wali Kota Prabumulih, Kapan Orangtua Perlu Turun Tangan Saat Anak Ditegur Guru?

Dampak hubungan positif orangtua dengan guru

Hubungan yang sehat antara orangtua dan guru juga penting untuk mendukung tumbuh kembang anak.

Konflik yang tidak perlu atau pembelaan berlebihan justru bisa menurunkan rasa percaya diri anak.

Sebaliknya, komunikasi terbuka dan saling menghargai antara sekolah dan keluarga membuat anak lebih termotivasi, lebih disiplin, dan lebih mampu menghadapi tantangan.

Jika orangtua merasa kesulitan mengelola emosi atau komunikasi dengan sekolah, berkonsultasi dengan psikolog bisa menjadi solusi.

Banyak psikolog yang membuka ruang diskusi secara langsung maupun melalui kanal profesional, misalnya @sukmadiarti_psikolog atau @psikolog_keluarga di Instagram.

Dengan pendekatan ini, anak tidak hanya dilindungi, tetapi juga belajar bertanggung jawab, menerima kritik, dan tumbuh menjadi individu yang lebih dewasa secara emosional.

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang



Terkini Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau