Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Nicholas Saputra Ungkap Tantangan Hidup Terbesar yang Dialaminya

Kompas.com, 13 Oktober 2025, 10:05 WIB
Devi Pattricia,
Bestari Kumala Dewi

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Di balik kesuksesan dan ketenangan yang sering terlihat di layar kaca, aktor Nicholas Saputra mengaku pernah menghadapi berbagai tantangan hidup yang cukup berat, terutama ketika mendalami peran di dunia film.

Aktor 41 tahun itu berbagi cerita tentang sisi lain perjalanan hidupnya, termasuk tantangan emosional yang ia hadapi selama berkarya di industri film.

Apa tantangan hidup terbesar Nicholas Saputra?

Bagi Nicholas, menjadi aktor bukan sekadar tampil di depan kamera. Di balik setiap adegan, ada proses mendalam yang menuntutnya untuk memahami dan merasakan hal-hal yang mungkin tidak ia alami dalam kehidupan nyata.

Baca juga: Healing ala Nicholas Saputra, ke Alam hingga Bertemu Orang Baru

“Challenge yang paling kompleks itu ketika main film, karena ketika main film saya dituntut untuk merasakan hal-hal yang tidak wajar,” jelas Nicholas dalam acara A Day of Purity bersama BEAR BRAND dan Nicholas Saputra, di Depok, Jawa Barat, Sabtu (11/10/2025).

Ia mengakui, seringkali ia berada dalam kondisi baik-baik saja, namun peran yang dijalani menuntutnya untuk menghadirkan emosi berbeda, bahkan berlawanan dengan keadaan hatinya.

“Misalnya saya lagi baik-baik saja, tapi dituntut untuk merasakan apa yang tokoh tersebut alami. Lalu mengatakan hal-hal yang mungkin tidak disepakati oleh diri sendiri,” ujarnya.

Aktor Nicholas Saputra dalam acara A Day of Purity bersama BEAR BRAND yang digelar di Depok, Jawa Barat, Sabtu (11/10/2025).KOMPAS.com/DEVI PATTRICIA Aktor Nicholas Saputra dalam acara A Day of Purity bersama BEAR BRAND yang digelar di Depok, Jawa Barat, Sabtu (11/10/2025).

Proses tersebut bukan hanya soal akting, tetapi juga perjalanan batin yang memerlukan kesiapan emosional tinggi. 

Baca juga: 6 Gaya Nicholas Saputra dengan Busana Nusantara, Pakai Songkok Anyaman di HUT ke-80 RI

“Proses menuju shooting sampai terjadi film itu mungkin ada pergumulan emosional, fisik, dan batinnya sangat fluktuatif,” tambahnya.

Hal ini membuat Nicholas belajar banyak tentang keseimbangan diri. Ia menyadari bahwa setiap peran membawa tantangan tersendiri, baik dari sisi mental maupun fisik.

Oleh karena itu, ia perlu waktu khusus untuk memulihkan diri setelah menyelesaikan sebuah proyek film.

Kembali ke alam untuk menjaga keseimbangan

Setelah melalui proses yang melelahkan, Pemeran film ‘The Architecture of Love’ itu memiliki cara tersendiri untuk reset diri. 

Ia memilih kembali ke alam sebagai cara paling efektif untuk menemukan ketenangan dan kejernihan pikiran.

“Jadi hal-hal tersebut yang menjadi tantangan perjalanan hidup saya, maka saya perlu reset dan memberikan waktu jeda untuk diri saya,” ujarnya.

Menurut laki-laki keturunan Jawa dan Jerman itu, alam adalah tempat paling ideal untuk menyegarkan kembali pikiran dan perasaan.

“Cara saya mereset dan cleansing diri itu dengan beraktivitas di tengah alam, misalnya seharian di laut atau hutan tanpa gawai,” jelasnya.

Halaman:


Terkini Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau