Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Panas Bikin Stres? Begini Cara Tubuh dan Pikiran Bereaksi terhadap Cuaca Ekstrem

Kompas.com, 17 Oktober 2025, 17:35 WIB
Ida Setyaningsih

Penulis

KOMPAS.com – Cuaca panas ekstrem yang melanda sejumlah daerah akhir-akhir ini bukan hanya membuat tubuh terasa gerah, tetapi juga dapat memengaruhi kesehatan mental.

Beberapa orang merasa lebih mudah marah, cepat lelah, dan sulit fokus ketika suhu udara meningkat.

Menurut dr. Santi Yuliani, M.Sc., Sp.KJ, psikiater, hal tersebut bukan sekadar perasaan semata.

“Ketika suhu lingkungan meningkat, tubuh bekerja lebih keras untuk menyeimbangkan suhu internal. Proses ini membutuhkan energi besar dan bisa memicu stres fisiologis yang akhirnya berdampak pada kondisi emosional,” ujarnya kepada Kompas.com, Jumat (17/10/2025).

Baca juga: Tips Sehat Saat Cuaca Panas di Indonesia, Minum Cukup Air

Penyebab seseorang cepat emosi saat cuaca panas

Tubuh bekerja ekstra di tengah cuaca panas

Tubuh manusia memiliki mekanisme alami untuk menstabilkan suhu internal, misalnya dengan berkeringat atau memperlebar pembuluh darah agar panas bisa keluar.

Namun, mekanisme ini memerlukan energi dan cairan dalam jumlah besar.

“Semakin panas cuacanya, semakin besar upaya tubuh untuk menjaga keseimbangan suhu. Ini membuat seseorang lebih cepat lelah dan rentan stres,” kata dr. Santi.

Kelelahan ini tidak hanya bersifat fisik. Ketika tubuh bekerja berlebihan, sistem saraf dan hormon stres seperti kortisol juga meningkat.

Peningkatan kadar kortisol inilah yang membuat seseorang jadi lebih sensitif, mudah tersinggung, bahkan meledak emosinya.

Baca juga: Kenapa Cuaca Panas Bikin Cepat Emosi? Ini Penjelasan Psikiater

Dampak cuaca panas terhadap kesehatan mental

Dokter Santi menjelaskan, stres akibat panas kerap muncul dalam bentuk yang tidak disadari, seperti sulit konsentrasi, gangguan tidur, dan perubahan suasana hati yang cepat.

“Kita jadi lebih gampang capek, mood naik turun, dan sulit fokus. Kalau berlangsung lama tanpa cukup istirahat atau pendinginan, bisa memperburuk kondisi mental yang sudah ada sebelumnya, seperti gangguan cemas atau depresi,” jelasnya.

Selain itu, panas juga dapat mengganggu ritme sirkadian, yakni sistem alami tubuh yang mengatur waktu tidur dan bangun.

Akibatnya, kualitas tidur menurun dan tubuh tidak sempat memulihkan diri secara optimal

“Tidur yang terganggu bikin otak tidak sempat ‘reset’ emosinya, jadi kita bangun dalam kondisi mudah lelah dan lebih sensitif,” tambahnya.

Kelompok yang paling rentan alami stres akibat cuaca panas

Menurut dr. Santi, dampak cuaca panas terhadap kesehatan mental bisa dirasakan semua orang, namun ada kelompok yang lebih rentan.

Halaman:


Terkini Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau