Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Konten Kekerasan Menurunkan Empati Anak? Ini Penjelasan Psikolog

Kompas.com, 15 November 2025, 17:00 WIB
Devi Pattricia,
Lusia Kus Anna

Tim Redaksi

KOMPAS.com – Publik ramai membahas soal perilaku agresif remaja kembali mencuat setelah kasus ledakan di SMAN 72 Jakarta yang memicu keprihatinan.

Insiden tersebut berani dilakukan oleh seorang siswa yang dikabarkan kerap mengonsumsi konten kekerasan di internet. Hal itu membuat banyak orangtua khawatir terhadap dampak paparan konten kekerasan di dunia digital.

Lantas, seberapa besar pengaruh konten kekerasan terhadap perkembangan perilaku dan empati anak?

Psikolog Grace Eugenia Sameve, M.A., M.Psi., menjelaskan, paparan konten kekerasan, baik dari lingkungan maupun internet berperan signifikan dalam membentuk cara anak memahami dunia dan merespons situasi. Jika berlangsung terus-menerus, hal ini bahkan berpotensi menumpulkan empati mereka.

Baca juga: Warga Tolak Wacana Pembatasan Game Online Imbas Ledakan di SMA 72 Jakarta

Mengapa konten kekerasan bisa mempengaruhi perilaku anak?

Grace menyebut, anak belajar melalui proses meniru apa yang ia lihat di sekelilingnya.

“Salah satu cara anak belajar adalah dengan meniru apa yang dilihat di internet atau yang ada di sekitarnya,” kata Grace saat dihubungi Kompas.com, Jumat (15/11/2025).

Situasi menjadi lebih berisiko ketika anak terpapar kekerasan dari dua arah sekaligus, yaitu lingkungan sekitar dan internet, tanpa mendapatkan contoh perilaku positif sebagai pembanding.

“Jika anak terekspos kekerasan di dua konteks, yakni lingkungan sekitar dan internet, serta tidak mendapatkan eksposur perihal cara berperilaku lain, bisa jadi ia akan lebih mungkin menerapkan perilaku tersebut,” ujarnya.

Hal ini menunjukkan bahwa pola konsumsi media anak berperan penting dalam membentuk respons mereka terhadap konflik maupun interaksi sosial.

Baca juga: Anak Korban Bullying, Ini Saran Psikolog untuk Orangtua Berkaca dari Ledakan di SMAN 72 Jakarta

Pelaksanaan TKA di SMAN 10 Surabaya pada Selasa (4/11/2025)KOMPAS.com/IZZATUN NAJIBAH Pelaksanaan TKA di SMAN 10 Surabaya pada Selasa (4/11/2025)

Paparan berulang dapat menumpulkan empati

Sejumlah studi juga telah menunjukkan konsekuensi lain yang tak kalah serius. Grace mengatakan, remaja yang terlalu sering mengakses konten berisikan kekerasan cenderung mengalami penurunan kepekaan sosial.

“Studi menunjukkan bahwa remaja yang terlalu sering mengakses media berbau kekerasan akan merasa kurang khawatir (less concern) terhadap orang lain yang mengalami kesulitan,” ungkap Grace.

Penurunan empati ini berdampak pada cara anak membaca emosi orang lain dan menilai konsekuensi dari tindakan mereka. Ketika empati melemah, remaja lebih rentan bersikap agresif atau menganggap kekerasan sebagai hal yang lumrah.

Baca juga: Belajar dari Kasus Bullying Mahasiswa Unud, Ini Pentingnya Empati di Dunia Maya

Bagaimana orangtua bisa mencegah dampaknya?

Halaman:


Terkini Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau