Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita Kartika Hadapi Tekanan Jadi Ibu Sempurna dari Mamanya Sendiri

Kompas.com, 2 Desember 2025, 07:00 WIB
Nabilla Ramadhian,
Lusia Kus Anna

Tim Redaksi

Konsultasi Tanya Pakar Parenting

Uraikan lika-liku Anda mengasuh anak jadi lebih simpel

Kenali soal gaya asuh lebih apik lewat konsultasi Kompas.com

KOMPAS.com - Banyak perempuan memasuki dunia keibuan dengan beban ekspektasi yang nyaris mustahil dipenuhi. Ibu diharapkan selalu sabar, selalu hadir, selalu produktif, mampu mengurus rumah, karier, anak, pasangan, sekaligus menjaga kesehatan mental dan fisik tanpa keluhan.

Setiap kesalahan kecil terasa seperti kegagalan besar karena tekanan untuk menjadi “ibu sempurna” datang dari berbagai arah, tetapi yang paling membebani mungkin jika berasal dari ibu kandung sendiri.

Pengalaman tersebut juga dialami Kartika, ibu satu anak, yang merasakan tuntutan besar dari orang terdekatnya, yaitu sang mama.

“Jujur, aku ngalamin banget ekspektasi yang berat dari mamaku sendiri. Sesimpel misalnya anakku jatuh, ‘Kok bisa-bisanya jatuh? Emangnya enggak dilihatin?,” ucap dia saat dihubungi oleh Kompas.com pada Sabtu (29/11/2025).

Baca juga: Apa Bedanya Hari Ibu Nasional dan Internasional? Ini Penjelasannya

Dibayangi harapan ibunya sendiri

Selain suami, Kartika menganggap mamanya adalah support system kedua, tetapi ironisnya kehadirannya justru jadi salah satu penyebab stres. Menurut dia, standar yang ditetapkan oleh ibunya untuk dirinya sangat berat. Kartika harus menjadi sosok ibu yang sempurna, tidak peduli bahwa ia adalah seorang ibu baru.

“Jadi ibu itu harus serba bisa, dan semuanya harus serba tahu. Ekspekstasi tertentu ini ya datang dari orangtuaku sendiri,” lanjut dia.

Kartika adalah seorang ibu rumah tangga (IRT) sejak anak berusia tujuh bulan. Sebelumnya, ia adalah seorang ibu pekerja. 

Seperti ribuan ibu pekerja lainnya, Kartika juga menghadapi "drama" mencari pengasuh untuk buah hatinya, Baskara, selama ia bekerja. Ia tak bisa meminta bantuan mamanya karena masih aktif bekerja juga. 

Menitipkan anak di daycare tak masuk dalam opsinya karena pertimbangan biaya. Akhirnya Kartika pun memilih berhenti bekerja untuk mengurus Baskara di rumah. 

Baca juga: Cerita Kartika Menghadapi Rasa Bersalah sebagai Ibu dan Keputusannya Melepaskan Karier

Kartika, seorang ibu yang masih berjuang melawan pikirannya sendiri yang mengatakan bahwa ia belum cukup baik menjadi seorang ibu.kompas.com / Nabilla Ramadhian Kartika, seorang ibu yang masih berjuang melawan pikirannya sendiri yang mengatakan bahwa ia belum cukup baik menjadi seorang ibu.

Ekspektasi yang tidak pernah diminta

Sering kali, ekspektasi datang dengan tanpa mengetuk pintu. Ia menyelinap lewat komentar yang mungkin dirasa ringan, tetapi cukup menjengkelkan.

Kartika termasuk ibu yang menerapkan gaya pengasuhan masa kini, mengikuti ilmu tumbuh kembang anak yang semakin maju. 

Kendati demikian, tidak semua kakek dan nenek berkenan untuk mengikuti gaya pengasuhan saat ini sehingga sering muncup perdebatan.

“Contohnya dulu anak pakai baby walker, dan sekarang sudah enggak boleh. Nah, (ada omongan) ‘Dulu anak-anak mama pakai baby walker enggak apa-apa’. Ada debat-debat kayak gini,” ungkap dia.

Baca juga: Tips Kompak dengan Pasangan Soal Pola Asuh Anak

Merasa tak didukung sepenuhnya oleh ibu

Memiliki anak usia balita yang sedang aktif adalah pekerjaan penuh waktu yang bisa sangat melelahkan. Tanpa bantuan dari sekitarnya, hal ini bisa membuat seorang ibu burn out. 

Kartika pun menyadari bahwa ia butuh jeda dan waktu untuk dirinya sendiri. Namun, ia merasa sang mama kurang mendukungnya dan sulit dimintai tolong untuk bergantian menjaga Baskara.

Halaman:
Baca tentang


Terkini Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau