Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 24/08/2017, 13:00 WIB
Lusia Kus Anna

Penulis

KOMPAS.com - Perancang busana Edward Hutabarat terlihat mengusap air matanya yang menetes saat menyaksikan video dokumentasi para perajin lurik di Klaten Jawa Tengah hasil karyanya.

"Saya selalu terharu, banyak tangan-tangan renta di sana. Saya teringat ibu saya yang harus melakukan perjuangan keras untuk menyekolahkan anak-anaknya," ujar Edo, panggilannya.

Video tersebut akan dipamerkan bersama dengan karya foto dan instalasi living and fashion mengenai lurik dalam pameran bertajuk Tangan-Tangan Renta yang berlangsung mulai 23-28 Agustus 2017 di Pelataran Ramayana Hotel Indonesia Kempinski Jakarta.

Selama 7 tahun terakhir ini, Edo bolak-balik ke sentra-sentra lurik di Klaten dan Yogyakarta untuk mengenal lebih jauh kain lurik.

Edo bercerita, salah satu yang membuatnya gelisah adalah saat ini perajin lurik didominasi warga berusia lanjut tanpa ada regenerasi. Ia takut jika lurik tidak bisa lestari.

"Perajinnya yang sampai usia 85 tahun masih menenun. Ada seorang ibu, saya pertama bertemu 6 tahun lalu. Terakhir ke sana matanya sudah buta dan ia hanya mengenali saya dari gelang yang saya pakai," katanya terharu.

Lewat pameran yang ia gelar bekerja sama dengan Bakti Budaya Djarum Foundation, Edo ingin mengangkat lurik menjadi bagian dari gaya hidup.

Sebagai seorang pecinta budaya dan wastra nusantara, Edo telah lama bersinggungan dengan lurik. Namun, baru 7 tahun terakhir ia secara intensif mendalami lurik.

Selama menelisik proses pembuatan lurik tersebut, Edo berkarib baik dengan R.Rahmad (85), pewaris perusahaan lurik tertua di Klaten, Sumber Sandang yang didirikan oleh ayahnya Suhardi, pionir pembuat lurik.

Edo juga bersahabat dekat dengan cucu-cucu H.Dibyo Sumarto, pendiri Kurnia Lurik yang juga pernah berguru pada Suhardi. Beberapa perajin lurik senior di Klaten dan Yogyakarta kini juga berteman baik dengan Edo.

Edo berharap, antusiasme masyarakat terhadap lurik bisa meningkatkan taraf hidup para perajin lurik. Ia juga menginginkan agar tangan-tangan muda berminat menekuni kerajinan lurik.

"Sudah saatnya tangan-tangan renta itu beristirahat dan digantikan oleh tangan-tangan muda," ujarnya.


Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com