Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com, 7 November 2017, 07:45 WIB
Wisnubrata

Penulis

Sumber

KOMPAS.com - Apakah Anda penggemar telur? Beberapa orang yang sangat menyukainya bisa makan telur tiga sampai empat kali dalam sehari. Namun, di sisi lain ada perasaan was-was kolesterol bakal naik. Jadi, sebenarnya berapa banyak telur yang diperbolehkan untuk dikonsumsi agar kolesterol tubuh tetap terjaga?

Telur adalah salah satu sumber protein yang baik untuk tubuh. Namun banyak yang takut makan telur karena kandungan kolesterol yang disebut-sebut bisa bikin kolesterol darah naik jika dikonsumsi. Faktanya, dalam satu butir telur ukuran besar, terdapat kandungan kolesterol sebanyak 186 mg di dalam kuning telur, yang biasanya lebih banyak digemari ketimbang putihnya.

Baca juga : Benarkah Telur Mentah Lebih Banyak Nutrisinya?

Kalau begitu, berapa banyak telur yang boleh dikonsumsi dalam sehari? Sayangnya, sampai saat ini memang tidak ada rekomendasi yang pasti terkait berapa banyak telur yang boleh dikonsumsi dalam satu hari. Namun, ada anjuran seberapa banyak kolesterol yang boleh Anda konsumsi dalam satu hari, yaitu:

  •     Jika Anda sehat dan tak memiliki riwayat penyakit apapun, maka kadar kolesterol yang boleh dikonsumsi dalam sehari tidak lebih dari 300 mg.
  •     Bila Anda mengalami diabetes, penyakit jantung, atau punya kadar kolesterol tinggi, maka Anda hanya diperbolehkan untuk mengonsumsi kolesterol tak lebih dari 200 mg hari.

Ilustrasi telur KariHoglund Ilustrasi telur
Sebuah penelitian yang dilansir dari Mayo Clinic menyebutkan bahwa makan telur sebanyak 7 butir per minggu tidak akan meningkatkan kadar kolesterol tubuh pada orang yang sehat. Dalam penelitian lain, disebutkan bahwa konsumsi 1-3 telur dalam sehari tak membuat kadar kolesterol tubuh langsung naik. Namun sekali lagi, hal ini hanya pada orang sehat.

Memang tidak ada patokan pasti berapa banyak telur yang baik untuk dikonsumsi. Namun, jika Anda penggemar telur, sebaiknya kurangi konsumsi bagian kuning telur. Makanlah bagian putihnya saja. Anda bisa memanfaatkan kuning telur sebagai campuran kue atau makanan lain.

Mungkin kadar kolesterol yang ada dalam kuning telur tersebut tak melampaui batas maksimum yang telah ditentukan, tapi itu belum ditambah dengan makanan lain yang Anda konsumsi yang mungkin saja ada mengandung kolesterol.

Ilustrasi telur mata sapifermate Ilustrasi telur mata sapi
Selain itu, persoalannya bukan sekedar telurnya saja, tapi juga pengolahannya. Coba ingat-ingat bagaimana Anda mengolah telur? Bila dengan menggoreng, membuatnya jadi telur dadar, atau bikin telur mata sapi, pasti Anda menggunakan minyak atau margarin sebagai bahan untuk menggoreng. Nah, ini yang kemudian bisa bikin kadar kolesterol naik.

Minyak serta margarin punya kandungan lemak jenuh yang jika dikonsumsi dalam jumlah yang banyak akan buat kolesterol tubuh melonjak. Sebaiknya olah telur dengan cara yang lebih sehat, misalnya direbus atau cara lain yang tak menggunakan minyak serta margarin.

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang



Terkini Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau