Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mitos dan Fakta, Makanan yang Bikin Anak Obesitas

Kompas.com, 19 Maret 2018, 14:30 WIB
Glori K. Wadrianto

Editor

Sumber Meetdoctor

KOMPAS.com - Kejadian obesitas atau kegemukan pada anak kian meningkat, tak hanya di Indonesia, tapi pun di berbagai belahan dunia. 

Seperti dikutip dari laman Meetdoctor.com, disebutkan angka kejadian balita gemuk tertinggi di Indonesia terjadi di DKI Jakarta, yakni 30 persen dari jumlah keseluruhan.

Kegemukan pada anak akan berdampak pada kesehatan fisik maupun psikologis pada masa kanak-kanak dan saat dewasa kelak.

Anak dengan kegemukan umumnya akan tetap gemuk hingga dewasa, dan akan lebih berisiko untuk menderita penyakit kronis. Sebutlah diabetes atau penyakit kardiovaskular pada usia yang lebih muda. 

Penyebab utama kegemukan adalah akibat ketidakseimbangan asupan dan penggunaan energi yang berkaitan erat dengan gaya hidup, aktivitas fisik, dan pilihan jenis makanan.

Baca juga: Anak Gemuk Berisiko Mengalami Obesitas Saat Dewasa

Faktor genetik tidak banyak berperan pada kegemukan. Walau demikian, orangtua berperan sangat penting dalam mencegah kegemukan pada anak. 

Peran orangtua adalah memberikan contoh yang baik mengenai gaya hidup yang sehat, pilihan jenis makanan, dan kegiatan fisik.

Selain itu, gaya pemberian makan anak juga sangat berperan. Anak yang diizinkan untuk memilih makanan sendiri, dan memberi pengertian pada anak untuk memilih makanan yang sehat. Hal ini berhubungan dengan respons positif anak terhadap makanan sehat.

Sedangkan anak yang dilarang untuk makan makanan tertentu, justru akan menyebabkan anak semakin menginginkan makanan tersebut.

Dia akan merasa puas dan bahagia saat mengonsumsinya, yang akan terus terbawa hingga dewasa. 

Sebuah penelitian pada remaja menemukan, mengonsumsi makanan yang dilarang atau dibatasi pemberiannya sejak kecil diasosiasikan dengan kebahagiaan, kebebasan, kemandirian, dan kenyamanan.

Baca juga: Peneliti Kembangkan Koyo Baru untuk Atasi Obesitas

Kita sering mendengar mitos mengenai makanan-makanan yang membuat anak gemuk, antara lain:
 
Mitos: Mi instan menyebabkan kegemukan.

Fakta: Mi instan mengandung karbohidrat yang dibutuhkan oleh tubuh untuk menghasilkan energi. Yang perlu diperhatikan adalah jenis karbohidrat yang terkandung dalam mi instan, merupakan karbohidrat sederhana yang lebih mudah diserap tubuh dan diubah menjadi cadangan energi dalam tubuh (antara lain sebagai lemak).

Kondisi ini menyebabkan perut lebih cepat merasa lapar lagi dibandingkan karbohidrat kompleks yang banyak mengandung serat.

Contoh karbohidrat sederhana adalah gula dan makanan yang terbuat dari tepung (misalnya: roti, cake, donat, mi, kerupuk, puff rice).

Halaman:


Terkini Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau