Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com, 8 Mei 2018, 16:00 WIB
Nabilla Tashandra,
Glori K. Wadrianto

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Vira (25) mencoba mengingat-ingat kapan terakhir dia membaca buku. Ternyata, sudah sekitar empat hingga enam bulan lalu.

Buku terakhir yang dibacanya adalah 'Dilan 1990'. Itu pun versi elektronik.

Ia mengaku lebih suka mengisi waktu dengan mengeksplorasi internet karena dinilai lebih lengkap dan praktis.

"Dari ponsel kita bisa tahu semua, nonton film, misalnya," ujar Vira.

Senada dengan Vira, Pamella (25) juga mengaku kurang suka membaca.

Ia bahkan tak ingat kapan terakhir kali membaca buku. Meskipun, terkadang dia suka iseng membaca buku saat sedang menunggu di toko buku.

Baca juga: Dongkrak Minat Baca Lewat Komunitas Buku

"Kayaknya (terakhir baca) waktu kuliah. Kadang kalau lagi lewat toko buku suka iseng baca sambil nunggu orang, tapi enggak sampai beres," kata Pamella.

Ia mengaku kurang suka membaca buku karena jenuh dengan tulisan yang padat.

Berbeda dengan buku bergambar, seperti komik yang menurut dia lebih seru.

Selain itu, buku dianggapnya kurang praktis, terlebih saat ini sudah ada kehadiran ponsel. Informasi bisa dicari dengan lebih mudah dan efisien.

"Biasanya kalau saya sendiri bacanya artikel-artikel di smartphone."

"Enggak ribet kaya buku, kita cuma tinggal googling terus informasi yang kita butuh langsung muncul, cuma ya pilih-pilih juga sumber bacaannya," ucap Pamella.

Vira dan Pamella hanya dua dari banyak warga Indonesia yang tidak terlalu gemar membaca buku.

Padahal, dalam kesehariannya Pamella, misalnya, bekerja sebagai penulis konten di salah satu perusahaan start up.

Baca juga: Ayah, Ini Manfaat Membaca Buku Bersama Si Kecil

Jika melihat posisi pekerjaannya itu, setidaknya, ia perlu membaca isu-isu terkini yang beekaitan dengan konten yang akan ditulisnya.

Namun, sumber informasi menurut Pamella, bisa dicari dari beragam situs, baik dalam maupun luar negeri. Atau, melalui wawancara langsung dengan pakar.

Lalu, bagaimana dengan mereka yang sehari-harinya tak berkepentingan membaca buku? Apakah kegiatan membaca buku sudah benar-benar terkesampingkan?

Menurut data survei Organisasi Pendidikan, Keilmuan, dan Kebudayaan (UNESCO) pada 2015, tercatat, minat membaca masyarakat Indonesia sebesar 0,001 persen.

Artinya, hanya satu dari 1.000 orang di Indonesia yang suka membaca.

Sedangkan studi "Most Littered Nation In the World" yang dilakukan oleh Central Connecticut State Univesity pada Maret 2016 lalu, menyebutkan, Indonesia menduduki peringkat ke-60 dari 61 negara soal minat membaca.

Halaman:


Terkini Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau