Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 04/12/2018, 16:22 WIB
Nabilla Tashandra,
Lusia Kus Anna

Tim Redaksi

Sumber Healthline

KOMPAS.com - Produk-produk yang diklaim sehat kini banyak beredar di pasaran. Produk semacam itu biasanya memiliki label "rendah lemak", "rendah kalori"atau "bebas lemak".

Bagi mereka yang ingin mengurangi asupan kalori atau sekadar ingin menjaga berat badan produk tersebut memang memudahkan untuk mengetahui jumlah total kalori yang terdapat dalam makanan.

Padahal, label produk tak serta merta membuat produk tersebut benar-benar sehat. Pada sejumlah produk kita bahkan bisa menemukan bahaya yang tersembunyi di dalamnya.

Berikut 10 makanan dan minuman yang dianggap sehat namun sebetulnya bisa membuat berat badan naik.

1. Smoothies dan protein shake

Beberapa smoothies dan protein shake mungkin memiliki kandungan nutrisi yang baik, namun ada pula yang jumlah kalori dan gulanya justru tinggi.

Contohnya, beberapa smoothies dalam botol berukuran 450 ml mengandung hampir 14 sendok teh gula (55 gram).

Beberapa kemasan protein shake juga ada yang mengandung hampir 400 kalori per botolnya (ukuran 450 ml).

Smoothies dan protein shake yang langsung diasup itu membuat tubuh kita bisa dengan cepat menimbun gula dan kalori dengan jumlah besar.

Baca juga: Kapan Saat yang Tepat untuk Mengonsumsi Protein?

2. Yoghurt rendah lemak

Lemak adalah nutrisi yang bisa menambah rasa pada makanan. Ketika lemak dihilangkan untuk mengurangi kandungan kalori dalam sebuah produk, maka biasanya produk tersebut akan ditambahkan gula untuk memberi rasa.

Banyak yoghurt rendah lemak yang justru ditambahkan banyak gula. Misalnya, segelas yoghurt Yoplait vanilla ukuran 225 gram mengandung 7 sendok teh gula atau sekitar 29 gram.

Tentu ini bukan asupan yang diinginkan mereka yang sedang menjaga kesehatan tubuhnya.

Menariknya, susu berlemak justru bisa menjadi pilihan yang lebih baik ketimbang susu rendah lemak.

Sebuah studi mempelajari 8.238 perempuan yang mengkonsumsi lebih banyak produk susu tinggi lemak. Dari studi tersebut ditemukan bahwa kenaikan berat badan mereka justru lebih sedikit daripada yang mengkonsumsi produk-produk rendah lemak.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Sumber Healthline
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com