Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com, 8 Januari 2020, 10:17 WIB
Nabilla Tashandra,
Lusia Kus Anna

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Tabir surya adalah produk perawatan kulit yang wajib kita masukkan ke dalam rutinitas skincare. Terlebih kita hidup di negara yang intensitas mataharinya sangat tinggi.

Meski begitu, ada saja mitos keliru yang berkembang sehingga banyak orang enggan memakai tabir surya seoerti yang dianjurkan. Apa saja mitos tersebut?

1. Kulit gelap tak butuh tabir surya

Dokter dermatologi asal Boston Ranella Hirsch MD menjelaskan bahwa anggapan tersebut sangat salah.

Banyak orang dengan lebih banyak pigmen kulit memiliki risiko kanker kulit lebih rendah, namun bukan berarti mereka imun.

Salah satu jurnal dari Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) menemukan bahwa 30 persen kelompok etnis dengan kulit gelap dilaporkan mengalami setidaknya satu kasus kulit terbakar matahari di tahun lalu.

Assistant clinical professor dermatologi di UAC Schools of Medicine, Jessica Wu, MD mengatakan, kanker kulit seringkali didiagnosa belakangan pada kelompok ras berkulit gelap .

Mitos tersebut sepertinya membuat orang-orang berkulit gelap merasa dirinya minim risiko.

Baca juga: Nicole Kidman Rutin Pakai Tabir Surya SPF 100++, Efektifkah?

Penyanyi Bob Marley, misalnya, meninggal karena melanoma di ujung-ujung jari kakinya dan sempat salah diagnosa sebagai cedera karena sepak bola.

Lebih jauh, warna kulit tidak sesederhana yang kita duga karena manusia ternyata lebih beragam. Jadi, jika kamu memiliki kompleksitas kulit gelap, kamu bisa saja memiliki gen yang lebih rentan terhadap kanker kulit.

2. Hanya kulit wajah yang membutuhkan tabir surya

Kanker kulit menyerang bagian kulit mana pun. Kamu bisa mendapatkan kankernya pada lengan, kaki, punggung, bahkan dada. Melindungi wajah dengan tabir surya memang penting, namun jangan melewatkan bagian tubuh lainnya.

Melewatkan tabir surya pada area tubuh tertentut tidak hanya membuat tubuh lebih rentan terhadap kanker kulit, tetapi juga terhadap tanda-tanda penuaan.

Hirsch mengatakan, seringkali ia bisa menebak usia seseorang hanya dengan melihat punggung tangannya, hal itu karena orang tersebut tak "berinvestasi" menggunakan tabir surya sejak tahun-tahun sebelumnya.

"Matahari adalah ancaman terbesar terhadap kesehatan dan keremajaan kulit," kata ahli bedah dermatologi dari Virginia, Steve Rotter, MD.

Halaman:


Terkini Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau