Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Durasi Tidur yang Optimal untuk Jaga Kesehatan Mental, Berapa Lama?

Kompas.com - 20/05/2022, 08:44 WIB
Gading Perkasa,
Sekar Langit Nariswari

Tim Redaksi

Sumber Inverse

KOMPAS.com - Kita semua pernah menghadapi masalah susah tidur. Tetapi hati-hati jika kita hal ini sering terjadi dan masalah ini berlanjut ke hari berikutnya.

Susah tidur yang terjadi secara terus-menerus berpotensi menyebabkan penurunan kognitif dan peningkatan perasaan depresi, kecemasan, serta kelelahan.

Ketika tidur, tubuh akan menghilangkan produk limbah beracun dan meningkatkan sistem kekebalan.

Selain itu, tidur juga merupakan kunci untuk konsolidasi memori, di mana segmen memori baru berdasarkan pengalaman kita ditransfer ke memori jangka panjang.

Baca juga: Susah Tidur Setelah Nonton KKN di Desa Penari? Ini Solusinya

Dengan kuantitas dan kualitas tidur yang optimal, kita memiliki lebih banyak energi dan kesejahteraan yang lebih baik, serta dapat mengembangkan kreativitas.

Manfaat kualitas tidur yang baik untuk emosional

Studi terbaru yang dimuat di jurnal Nature Aging menunjukkan beragam manfaat yang bisa didapat jika kita memiliki tidur yang lebih baik.

Ketika melihat bayi berusia 3-12 bulan, para peneliti mencatat, tidur yang lebih baik dikaitkan dengan hasil perilaku lebih baik di tahun pertama kehidupan mereka.

Hasil ini seperti kemampuan beradaptasi dengan situasi baru, atau mengatur emosi secara efisien.

Kedua kemampuan tersebut merupakan pondasi awal yang penting untuk kognisi, termasuk fleksibilitas kognitif ( kemampuan kita mengubah perspektif) yang dikaitkan dengan kesejahteraan di kemudian hari.

Baca juga: Apakah Tidur 8 Jam Ideal bagi Orang Dewasa?

Tidur secara teratur juga dikaitkan dengan default mode network (DMN) otak yang melibatkan bagian otak yang aktif ketika kita bangun namun tidak terlibat dalam tugas tertentu.

Jaringan itu terdiri dari area yang penting untuk fungsi kognitif, seperti:

  • Posterior cingulate cortex (dinonaktifkan selama tugas kognitif)
  • Lobus parietal (memproses informasi sensorik)
  • Frontal cortex (terlibat dalam perencanaan dan kognisi kompleks)

Ada tanda-tanda yang terlihat pada remaja dan dewasa muda, kurang tidur dapat dihubungkan dengan perubahan konektivitas dalam jaringan ini.

Ketika jaringan mode default atau DMN otak ini terganggu, maka hal itu akan memengaruhi konsentrasi, pemrosesan berbasis memori, dan pemrosesan kognitif.

Perubahan pola tidur --termasuk kesulitan tidur dan tidak terbangun di malam hari-- merupakan karakteristik signifikan dari proses penuaan.

Gangguan tidur ini adalah kandidat kontributor yang kuat untuk penurunan kognitif dan gangguan kejiwaan pada lansia.

Halaman:
Sumber Inverse
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com