Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com, 24 November 2023, 16:48 WIB
Dinno Baskoro,
Lusia Kus Anna

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Saat mengetahui pasangan telah selingkuh, rasa malu dan marah kerap mendominasi. Dalam kondisi ini kita juga cenderung mengambil keputusan tidak rasional, salah satunya dengan membalas selingkuh juga.

Keputusan membalas selingkuh  terlihat sebagai solusi meredakan rasa sakit sekaligus mencari "keadilan" agar pasangan merasakan hal yang sama.

Menurut laman Choosing Therapy, membalas selingkuh pada pasangan menjadi lebih umum dilakukan korban perselingkuhan.

Satu dari tiga orang yang disurvei mengakui, melakukan aksi balas dendam dengan selingkuh balik dan 80 persen merasa tindakan itu sah.

Baca juga: Manfaat Cuddling dalam Hubungan, Bisa Cegah Pasangan Selingkuh 

Alasan tidak membalas selingkuh pada pasangan

Ada beberapa alasan  untuk tidak menjadikan selingkuh sebagai aksi balas dendam

1. Kemarahan akan reda

Kita mungkin akan merasa sangat marah mengetahui pasangan mengingkari komitmen bersama. Tapi, seiring waktu rasa marah itu akan reda dan kita akan menyesal karena telah membalas dendam dengan berlaku sama. 

Penting untuk belajar mendengarkan kemarahan tanpa selalu bertindak berdasarkan kemarahan tersebut. Mempelajari cara mengendalikan amarah dan mengatasi frustrasi juga penting agar kita tidak memendamnya dan jadi bom waktu.

2. Memperbesar kebencian

Pasangan mungkin akan membenci kita karena melakukan hal yang sama berlandaskan rasa dendam. Bukan berarti tindakan si dia bisa dibenarkan, tetapi ketika ia mengetahui kita melakukan sesuatu hanya karena dendam, ini akan memperburuk keadaan.

3. Menyulitkan proses pemulihan hati

Kita mungkin merasa puas karena sudah membalas dendam akibat perbuatan pasangannya. Tetapi faktanya, hal ini justru mempersulit pemulihan hati yang kita alami.

4. Memicu kekerasan

Selingkuh karena balas dendam juga bisa memicu tindak kekerasan dari pasangan.

Meski pun selama ini pasangan tidak pernah mengungkapkan kemarahannya secara ekstrem, tapi kemungkinan reaksi itu akan tetap ada. 

Baca juga: Berbagai Alasan Mengapa Kamu Mimpi Pasangan Selingkuh 

Ilustrasi selingkuhUnsplash Ilustrasi selingkuh

5. Kesulitan membangun kepercayaan

Aksi selingkuh karena balas dendam dapat menciptakan rusaknya kepercayaan dalam hubungan. Kondisi ini bisa membuat hubungan menjadi tidak sehat dan rumit.

Mengatasi perselingkuhan pasangan saja sudah cukup melelahkan, jangan menambah masalah lain dalam hubungan karena bisa memberikan beban emosional tambahan yang memperburuk situasi.

6. Merendahkan harga diri

Diselingkuhi memang bisa membuat kita merasa kehilangan harga diri, tetapi membalasnya dengan selingkuh juga justru membuat harga diri semakin rendah.

Jika kita melakukan sesuatu yang bukan karakter kita, hal itu dapat membuat kita merasa bersalah dan membuat kita berperilaku buruk pada diri sendiri setelah merasa puas membalas dendam.

7. Komunikasi dalam hubungan jadi memburuk

Selingkuh balik sebagai aksi balas dendam bisa membuat komunikasi dalam hubungan menjadi lebih buruk.

Padahal, komunikasi itu merupakan kunci untuk membuat ikatan dengan pasangan menjadi lebih kuat setelah diterpa masalah besar (jika ada niatan untuk tetap bersama).

Cara ini juga dapat menghalangi kita untuk melakukan percakapan yang sehat di masa depan.

Baca juga: Haruskah Beri Kesempatan Kedua Saat Pasangan Selingkuh? 

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang



Terkini Lainnya
88 Persen Masyarakat Indonesia Mengalami Gigi Berlubang, Apa Penyebabnya?
88 Persen Masyarakat Indonesia Mengalami Gigi Berlubang, Apa Penyebabnya?
Wellness
Remaja Mudah Stres karena Media Sosial? Psikolog Ungkap Pemicunya
Remaja Mudah Stres karena Media Sosial? Psikolog Ungkap Pemicunya
Wellness
Takut Berotot? Irsani Luruskan Mitos Latihan Beban untuk Perempuan
Takut Berotot? Irsani Luruskan Mitos Latihan Beban untuk Perempuan
Wellness
Efek Berbahaya Gigi Berlubang, Salah Satunya adalah Penyakit Jantung
Efek Berbahaya Gigi Berlubang, Salah Satunya adalah Penyakit Jantung
Wellness
Waspadai 7 Tanda Bos yang Toxic, Bisa Ganggu Kesehatan Mental
Waspadai 7 Tanda Bos yang Toxic, Bisa Ganggu Kesehatan Mental
Wellness
4 Cara Aman Hadapi Kekerasan Berbasis Gender Online
4 Cara Aman Hadapi Kekerasan Berbasis Gender Online
Wellness
Saat Ibu Kehilangan Diri Pasca Melahirkan, Latihan Beban Justru Menyelamatkan Irsani
Saat Ibu Kehilangan Diri Pasca Melahirkan, Latihan Beban Justru Menyelamatkan Irsani
Wellness
Ramalan Zodiak Libra di Bulan Desember, Peluang Baru Menanti
Ramalan Zodiak Libra di Bulan Desember, Peluang Baru Menanti
Wellness
Cara Cinta Laura Atasi Insecure dan Membangun Percaya Diri
Cara Cinta Laura Atasi Insecure dan Membangun Percaya Diri
Beauty & Grooming
Dampak Jangka Panjang Screen Time, dari Gangguan Fisik hingga Perilaku
Dampak Jangka Panjang Screen Time, dari Gangguan Fisik hingga Perilaku
Parenting
Sering Scroll Medsos, Remaja Jadi Mudah Mencari Validasi Menurut Psikolog
Sering Scroll Medsos, Remaja Jadi Mudah Mencari Validasi Menurut Psikolog
Wellness
Dari Body Shaming Rita Sukses Capai Berat Badan Ideal Tanpa Olahraga
Dari Body Shaming Rita Sukses Capai Berat Badan Ideal Tanpa Olahraga
Wellness
Mengapa Efek Screen Time pada Kemampuan Bahasa Anak Bisa Berbeda-beda
Mengapa Efek Screen Time pada Kemampuan Bahasa Anak Bisa Berbeda-beda
Parenting
Cinta Laura Tak Tergiur Cara Instan Dapatkan Kulit Glowing
Cinta Laura Tak Tergiur Cara Instan Dapatkan Kulit Glowing
Beauty & Grooming
Luna Maya Ungkap Efek Rutin Minum Vitamin Kulit untuk Perlambat Penuaan
Luna Maya Ungkap Efek Rutin Minum Vitamin Kulit untuk Perlambat Penuaan
Beauty & Grooming
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau