Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Gen Z Perlu Belajar dari Generasi Sebelumnya untuk Mencapai Sukses

Kompas.com, 1 November 2024, 13:05 WIB
Silmi Nurul Utami,
Bestari Kumala Dewi

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Dalam era yang dipenuhi tantangan dan peluang ini, gen Z memasuki dunia kerja dengan semangat dan harapan yang tinggi.

Namun, untuk benar-benar mencapai kesuksesan, penting bagi para gen Z untuk menyadari satu hal, yaitu belajar dari pengalaman orang lain. 

Menurut Founder dan CEO TALKINC, Erwin Parengkuan, gen Z harus mengambil pelajaran dari proses kesuksesan orang-orang yang telah lebih dulu berjuang.

"Banyak banget di timeline contoh orang-orang yang jungkir balik untuk sukses, itu ada di situ. Mereka tinggal cari tahu," ujarnya ketika diwawancarai Kompas.com, Senin (28/10/2024). 

Baca juga: 5 Hal yang Harus Dilakukan Perusahaan agar Gen Z Lebih Berdedikasi

Lebih pilih konten hiburan

Dengan menyelidiki apa yang membuat seseorang sukses dan kesulitan apa saja yang telah mereka lalui hingga mencapai level tertinggi, gen Z dapat mempelajari langkah-langkah yang sama untuk meraih kesuksesan.

Terlebih lagi, teknologi canggih saat ini menyediakan akses informasi yang jauh lebih mudah dibandingkan dengan generasi sebelumnya. 

"Itu kan terbuka, semua ada, gampang banget dibanding saya dulu tahun 80-90-an, susah. Harus cari segala macam penelitian dan riset," jelas Erwin. 

Sayangnya, kemudahan akses informasi justru sering kali membuat gen Z lebih memilih konten hiburan daripada konten yang bermanfaat untuk pengembangan diri.

"Kalau sekarang terlalu banyak, terlalu bingung, dan terlalu mudah patah dalam perjalanan, akhirnya yang dicari dopamin. Berita-berita yang hanya menghibur, yang meningkatkan kesenangan sementara dan murah," tutur Erwin. 

Baca juga: Era Digital Berakibat Kemampuan Literasi Anak Muda Menurun, Kok Bisa?

Dibutuhkan niat dan mau belajar dari generasi sebelumnya

Padahal, waktu yang dihabiskan untuk hiburan tersebut bisa lebih bermanfaat jika dialokasikan untuk pengembangan diri.

"Padahal mereka bisa juga mengambil waktu setiap hari, untuk meningkatkan personal development mereka," tutur Erwin. 

Dia menekankan, bahwa dibutuhkan niat, kegigihan, dan konsistensi bagi para gen Z, agar bisa menjadi seseorang yang tangguh secara mental. 

Hal serupa juga diungkapkan oleh Guru Besar Universitas Indonesia sekaligus pendiri Rumah Perubahan, Rhenald Kasali, yang menyatakan bahwa gen Z seharusnya belajar dari generasi sebelumnya.

Generasi Z dan generasi sebelumnya memiliki keterampilan dan sikap yang berbeda. 

"Skill itu kan terbagi dua, ada skill lama yang analog dan skill sekarang namanya algoritmik," ujarnya pada Kompas.com, Senin (28/10/2024).

Baca juga: Pekerja Gen Z Lebih Rentan Alami Gangguan Kesehatan Mental, Benarkah?

Halaman:


Terkini Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau