Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

7 Penyebab Stres yang Sering Dialami Anak, Orangtua Wajib Tahu

Kompas.com, 2 September 2025, 19:36 WIB
Devi Pattricia,
Bestari Kumala Dewi

Tim Redaksi

Konsultasi Tanya Pakar Parenting

Uraikan lika-liku Anda mengasuh anak jadi lebih simpel

Kenali soal gaya asuh lebih apik lewat konsultasi Kompas.com

Sumber Parents

KOMPAS.com - Tidak hanya orang dewasa, anak-anak juga bisa mengalami stres akibat berbagai faktor. Mulai dari masalah di sekolah, perubahan dalam keluarga, dan berbagai hal lain yang dapat menimbulkan tekanan emosional.

Penulis The No-Cry Separation Anxiety Solution, Elizabeth Pantley mengungkap, anak-anak cenderung lebih mudah stres dibandingkan orang dewasa.

“Anak-anak sering kali menangkap stres di sekitar mereka. Bahkan, hal yang tampak sepele bagi orang dewasa bisa menjadi pemicu besar bagi anak,” jelas dia, seperti dilansir dari Parents, Selasa (2/9/2025).

Baca juga: Anak Stres, Kenali Penyebab, Gejala, dan Cara Membantunya

Oleh karena itu, penting untuk memahami beberapa hal yang bisa memicu stres pada anak. Berikut beberapa penyebab stres yang umum dialami anak dari usia balita hingga remaja.

7 Penyebab stres yang sering dialami anak

1. Separation anxiety atau rasa cemas berpisah

Sejak bayi hingga usia prasekolah, banyak anak merasa cemas ketika harus berpisah dengan orangtua. Kondisi ini dikenal sebagai separation anxiety.

“Meski kecemasan berpisah adalah reaksi normal, terkadang hal ini juga muncul karena faktor stres lain, misalnya masuk ke daycare baru,” jelas Rene Hackney, PhD, psikolog perkembangan sekaligus pendiri Parenting Playgroups.

Hal ini bisa juga dialami anak ketika dirinya memasuki tempat baru yang tidak didampingi orangtuanya.

Anak yang mengalami kondisi ini biasanya lebih rewel, sulit ditinggal, atau tampak gugup saat berjauhan dari pengasuh utamanya.

2. Perubahan dalam keluarga

Kehilangan anggota keluarga, perceraian, pindah rumah, bahkan kelahiran adik baru dapat menjadi sumber stres bagi anak.

Menurut Hackney, perubahan besar akan mengguncang rutinitas yang sudah biasa, sehingga membuat anak merasa tidak aman.

Tak hanya itu, perubahan positif bisa menimbulkan ketegangan karena anak harus beradaptasi dengan rutinitas baru.

Baca juga: Siswa Tunggak SPP, Hukuman Intimidatif Bisa Sebabkan Anak Stres hingga Depresi

3. Tekanan di sekolah

Bagi anak usia sekolah hingga remaja, tuntutan akademis menjadi salah satu penyebab utama stres.

“Anak bisa merasa kewalahan karena PR, nilai, tanggung jawab yang menumpuk, atau masalah pertemanan dan bullying,” kata Pantley.

Situasi ini bisa berdampak pada motivasi belajar hingga kesehatan mental jika tidak segera ditangani.

4. Jadwal yang terlalu padat

Anak-anak membutuhkan waktu untuk bermain bebas dan beristirahat. Namun, jika jadwal harian mereka terlalu penuh dengan kegiatan tambahan, justru bisa membuat mereka tertekan.

Halaman:


Terkini Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau