Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Apa yang Ditunjukkan dari Kebiasaan Menggigit Kuku?

Kompas.com, 10 Juli 2017, 18:32 WIB
Wisnubrata

Penulis

KOMPAS.com - Beberapa orang memiliki kebiasaan menggigiti kuku alias onychophagia. Ini bukan saja merusak kuku, tapi juga bisa menyebabkan masalah kesehatan seperti masuknya kotoran ke mulut, infeksi di jari, dan kerusakan gigi.

Sayangnya kebiasaan ini termasuk yang sulit dihentikan karena dilakukan tanpa sadar pada kondisi tertentu. Para peneliti mengkategorikan hal ini sebagai kelainan perilaku untuk menenangkan diri saat seseorang berada dalam kondisi stres atau cemas.

Anda tentu masih ingat film-film kartun yang sering menggambarkan tokohnya menggigit kuku saat ketakutan. Hal itu memang terlihat berlebihan, namun sebenarnya itulah yang dilakukan sebagian orang.

Nah ternyata menggigit kuku tidak hanya menunjukkan tingkat stres seseorang. Menurut study yang dimuat dalam Journal of Behavior Therapy and Experimental Psychiatry, kebiasaan itu juga menunjukkan bahwa pelakunya adalah orang yang perfeksionis.

Dalam risetnya, para peneliti melakukan survey terhadap 48 orang, separuh di antaranya diketahui mengidap kebiasaan menggigit kuku. Hasilnya memperlihatkan bahwa para penggigit kuku adalah orang-orang perfeksionis yang sering kali berpikir terlalu jauh dan dengan mudah menjadi frustasi bila maksudnya tidak kesampaian.

Baca: 7 Tips Redakan Stres untuk Pria Modern

Para partisipan itu dikondisikan berada dalam situasi yang membuat mereka merasa stres, frustasi, bosan, dan rileks. Tiga situasi pertama membuat para peserta dengan kebiasaan menggigit kuku, melakukan hal itu karena situasi yang kurang nyaman. Namun kebiasaan tersebut tidak dilakukan dalam situasi rileks.

“Kami yakin individu dengan kebiasaan itu menunjukkan sifat perfeksionis, artinya mereka tidak bisa bersikap lebih santai atau melakukan tugas dengan kecepatan normal,” ujar pimpinan riset Dr. Kieron O’Conner. “Mereka menjadi frustasi, kurang sabar, dan tidak puas saat mereka tidak mencapai hasil yang diinginkan.”

Bagaimana mereka mengatasi perasaan tidak nyaman itu? Dengan menggigiti kukunya!

Bila Anda termasuk orang yang suka mengigit kuku, barangkali Anda juga perfeksionis yang mudah galau bila sesuatu tidak berjalan sesuai keinginan Anda. Maka cara paling tepat untuk mencegah kebiasaan itu adalah mengendalikan emosi menjadi lebih tenang.

Baca: Ini Alasan Mengapa Pria Juga Butuh Meditasi

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang



Terkini Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau