Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Anak Obesitas, Masih Bolehkah Minum Susu?

Bagi anak, rutin minum susu bisa menunjang pertumbuhan fisik dan membuatnya semakin cerdas.

Namun, orangtua harus berhati-hati dalam memilih susu anak. Sebab, beberapa jenis susu memiliki kandungan kalori yang tinggi.

Lalu, apakah anak yang mengalami obesitas atau kegemukan masih boleh mengonsumsi susu?

Ilmuwan gizi dari Universitas Ciputra, Dr. Matthew Lantz Blaylock, PhD menjawabnya.

Konsumsi susu, menurut dia, masih diperbolehkan bagi anak yang mengalami kegemukan sebab mereka masih membutuhkan nutrisi dari susu.

“Apakah masih boleh? Ya, itu sangat penting karena pada empat sehat lima sempurna susu masih menjadi salah satu bagian dari pola makan yang seimbang dan sehat.”

Demikian dikatakan Matthew ketika ditemui di KidZania, Pacific Place, Jakarta, Jumat (14/9/2018) kemarin.

Matthew menjelaskan, kegemukan terjadi karena kalori yang masuk lebih banyak daripada kalori yang keluar. Hal itu menyebabkan berat badan seseorang meningkat.

Untuk bisa tetap mengonsumsi susu, orangtua bisa memilih opsi jenis susu lainnya.

Misalnya, jika biasanya anak diberi minum susu bubuk atau susu kotak biasa yang mengandung banyak gula, maka kini orangtua bisa menggantinya dengan susu segar atau skim milk.

Susu segar memiliki kalori yang lebih rendah dan lebih alami dibandingkan jenis susu lainnya, sehingga bisa membantu anak menurunkan berat badan.

Pada beberapa kasus, orangtua terkadang sulit mengontrol anaknya yang sangat senang minum susu. Padahal, anak-anak tersebut memiliki berat badan yang berlebih.

Pada kondisi seperti itu, kata Matthew, orangtua tetap harus membatasi konsumsi susu anak.

Setiap anak dianjurkan mengonsumsi dua gelas susu sehari. Sementara jumlah konsumsi susu bagi anak di bawah dua tahun bergantung pada berat badannya.

Jumlah susu yang berlebihan, menurut dia, tidak baik bagi kesehatan dan bisa membuat anak gemuk. Sehingga, orangtua perlu membatasinya.

“Walaupun susu sehat dan bagus, terlalu banyak susu bisa membuat orang tidak sehat."

"Jadi walaupun anak nangis, tetap harus ada batasan dan tidak perlu diberikan terlalu banyak susu,” tutur dia.

Matthew menganjurkan agar orangtua mengarahkan anaknya yang mengalami kegemukan untuk melakukan banyak aktivitas fisik atau berolahraga untuk membakar kalori.

Selain itu, anak dengan obesitas harus menghindari makanan olahan. “Lebih baik makan makanan sehat dan alami,” tutur dia.

https://lifestyle.kompas.com/read/2018/09/15/192737120/anak-obesitas-masih-bolehkah-minum-susu

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com