Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Susu Kambing Bermanfaat, Tapi Kurang Populer...

Sebelumnya, lantaran menderita asma, kondisi fisik Sobirin tampak kurang baik. Selain berulang kali masuk rumah sakit untuk mengikuti rawat inap, bobot tubuhnya juga terus menurun.

"Pokoknya, kalau capek atau kena debu sedikit saja, pasti kambuh sesaknya, batuk-batuk. Pasti harus istirahat lagi di klinik atau rumah sakit. Tapi, sejak rutin minum susu kambing, sudah jauh lebih mendingan kondisi saya. Fit terus sekarang," kata Sobirin saat buka bersama dan peluncuran produk susu kambing RBM di Hotel Borobudur, Jakarta, Jumat (17/5/2019).

Selain tetap berolahraga dan minum obat, lanjut Sobirin, dia makin rutin minum susu kambing pagi dan malam hari. 

"Tapi, sebulan ini bahkan saya sudah tak lagi minum obat apapun, cuma susu saja," ujarnya.

Terkait itulah, chairmanDos Ni Roha (DNR) Corporation, Rudy Tanoesoedibjo, mengaku serius menggarap bisnis susu kambing dalam bentuk susu bubuk. Menurut dia, banyak masyarakat belum tahu manfaat tinggi susu kambing dibandingkan susu sapi.

Untuk penderita asma dan TBC misalnya, susu kambing mengandung fluorin tinggi dengan kadar 10-100 kali lebih tinggi dibandingkan susu sapi. Unsur ini merupakan antiseptik alami yang mengandung elemen pencegah tumbuhnya bakteri TBC, selain juga meningkatkan daya tahan tubuh dan menekan aktivitas pertumbuhan bakteri.

"Jadi, selain ada obat-obatan yang berunsur kimiawi, susu kambing adalah obat nonkimiawi. yaitu mengkonsumsi susu kambing secara teratur, disertai pengobatannya secara medis. Susu kambing itu baunya aja yang dianggap tidak enak, tapi orang tak paham manfaatnya," kata Rudy.

Susu kambing juga mengandung natrium tinggi. Terkait penyakit asma atau TBC, salah satu pemicunya adalah malnutrisi. Dengan pemberian susu kambing secara rutin setiap hari, natrium yang terdapat di dalamnya berfungsi menghambat malnutrisi itu.

Untuk mendorong pemahaman orang akan susu kambing itulah, lanjut Rudy, dia berani menjadi perusahaan yang mendistribusi susu bubuk ini. DNR Corporation akan memanfaatkan lebih dari 300 jaringannya di seluruh Indonesia untuk menyebarkan susu kambing tersebut.

Dia mengakui, dibandingkan susu sapi, susu kambing memang belum banyak diminati karena tidak populer. Hal itu terjadi karena ada stigma kambing sebagai hewan yang bau sehingga butuh kerja keras untuk memasarkan produknya.

"Rumah produksinya sudah ada di Tegal, Jawa Tengah. Ke depannya, jika pasar sudah teredukasi dengan baik, kami akan masuk ke produk susu cair (UHT) dan produk kosmetik dari susu kambing," tambah Rudy.

Dia berharap, susu kambing yang mengandung lebih sedikit laktosa daripada susu sapi, makin dikenal masyarakat. Susu ini dapat menjadi pilihan mereka yang sensitif terhadap laktosa, sebab kandungan laktosa (gula susu) lebih rendah dibandingkan susu sapi sehingga aman untuk pencernaan.

https://lifestyle.kompas.com/read/2019/05/21/142131820/susu-kambing-bermanfaat-tapi-kurang-populer

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com