Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Menu Makanan Anak Harus Bervariasi

KOMPAS.com – Status gizi anak dipengaruhi oleh kualitas dan kuantitas makanan yang dikonsumsi. Variasi jenis nutrisi yang mengikuti pola makan bergizi seimbang bukan hanya menyehatkan, tapi juga dapat mengusir kebosanan.

Seperti halnya orang dewasa, anak juga akan cepat bosan jika orangtunya hanya menyediakan makanan yang itu-itu saja. Orangtua pun dituntut lebih kreatif dalam menyajikan makanan dengan gizi seimbang.

Dokter spesialis gizi klinis Juwalita Surapsari, menjelaskan bahwa gizi seimbang dapat dicapai apabila makanan yang dikonsumsi dalam jumlah cukup, berkualitas baik, dan beragam jenisnya untuk memenuhi berbagai nutrisi yang diperlukan oleh tubuh.

“Porsinya tentu disesuaikan dengan usia anak. Sedangkan jadwal makan harus teratur tiga kali sehari, dengan ditambahkan makanan selingan,” kata Juwalita dalam webinar bertajuk Bicara Gizi yang diadakan Danone (30/9).

Pedoman Isi Piringku yang dikeluarkan oleh Kementrian Kesehatan bisa menjadi acuan bagi orangtua.

Untuk anak usia 1-3 tahun, misalnya, dalam sekali makan pada satu piring sebaiknya terdiri dari sepertiga makanan pokok, sepertiga sayuran, seperenam buah-buahan, dan seperenam lauk-pauk.

Satu porsi makanan pokok bisa diberikan nasi 100 gram atau bisa diganti dengan kentang dua buah, atau jagung segar tiga buah.

Sementara itu, satu porsi lauk-puk bisa berupa daging ayam satu potong ukuran sedang, daging sapi sepotong ukuran sedang, satu butir telur ayam, susu sapi satu gelas, atau pun temped an tahu dua potong ukuran sedang.

Menurut Juwalita, sumber protein yang utama untuk anak batita memang protein hewani, namun protein nabati juga penting.

“Asam amino protein hewani memang lebih lengkap dan kandungan di dalamnya lebih mudah diserap tubuh. Tetapi protein nabati juga mengandung lemak baik, antioksidan dan antikolesterol, serta serat,” katanya.

Bahkan protein nabati bisa menjadi pengganti protein pada anak yang intoleransi laktosa, misalnya olahan soya atau kacang kedelai.

Sedangkan asupan serat berupa sayur dan buah bisa berupa satu gelas sayuran matang, alpukat setengah buah, apel satu buah kecil, satu potong melon, satu buah pisang ukuran sedang, atau pun satu potong pepaya ukuran sedang.

Stres bikin malas makan

Agar anak tetap semangat mengonsumsi makanan sehat, psikolog Putu Andani mengingatkan pentingnya orangtua memantau mood anak.

“Stres berkepanjangan pada anak yang tidak diolah dengan baik memengaruhi perilaku makan anak di rumah. Karena kemampuan anak mengelola stress masih terbatas, mereka butuh bantuan orangtua,” kata Putu.

Salah satu cara mengatasi kebosanan anak pada masa pandemi adalah mencoba sesuatu yang baru. Anak bisa dikenalkan pada proses yang belum sempat dilakukan sebelumnya, misalnya melibatkan anak untuk ikut menyiapkan makanan di dapur atau menyiapkan peralatan makan dengan cara menyenangkan.

“Kuncinya adalah interaksi yang menyenangkan dengan anggota keluarga,” kata Putu.

https://lifestyle.kompas.com/read/2020/10/02/155516120/menu-makanan-anak-harus-bervariasi

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com