Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Kopi Pahit dan Beragam Cara Lain untuk Cegah Bau Mulut

KOMPAS.com - Bau mulut saat berpuasa dapat mengganggu kita maupun orang lain yang berada di dekat kita. Penyebab utama bau mulut saat puasa adalah karena berkurangnya air liur akibat tidak makan dan minum.

Berkurangnya air liur berarti kuman di dalam mulut berkembang biak.

Penyakit tertentu serta gaya hidup yang tidak sehat juga dapat menyebabkan mulut kita mengeluarkan aroma tidak sedap.

"Bau mulut bisa disebabkan oleh penyakit tertentu seperti diabetes atau infeksi pada paru-paru," kata dokter gigi umum Drg Poul Derikson Haholongan Sitompul dalam acara "Menjaga Kesehatan Mulut & Tenggorokan di Bulan Puasa" yang disiarkan live di akun Instagram @my.kindoflife pada Jumat (16/4/2021).

"Gaya hidup tidak sehat, seperti kebiasaan merokok atau mengonsumsi minuman beralkohol, juga bikin bau mulut," imbuhnya.

Menjaga kesehatan mulut

Disampaikan Poul, menyikat gigi setelah sahur dan berbuka puasa adalah langkah penting untuk membuat gigi dan mulut senantiasa bersih. Kondisi gigi dan lidah juga harus diperhatikan.

"Bisa kita gunakan dental floss atau benang gigi. Pastikan gigi tidak berlubang dan tidak ada sisa makanan di sela-sela gigi."

"Lidah, di sisi lain, merupakan tempat menempelnya kuman dari sisa makanan. Oleh karena itu, bagian lidah harus dibersihkan secara rutin," jelas dia.

Dalam hal membersihkan gigi, Poul menganjurkan penggunaan obat kumur yang tidak mengandung alkohol.

"Alkohol ini sifatnya membakar. Sehingga jika kita menggunakan obat kumur beralkohol, mulut akan terasa seperti terbakar. Hasilnya, produksi saliva atau air liur akan menurun dan mulut menjadi kering," katanya.

Karang gigi merupakan masalah lain yang dapat memengaruhi kondisi mulut. Karena itu membersihkan karang gigi secara rutin ke dokter gigi harus dilakukan setiap enam bulan sekali.

Memerhatikan konsumsi makanan dan minuman

Hal lain yang tidak kalah pentingnya dalam menjaga kesehatan mulut yaitu mengonsumsi dan membatasi makanan tertentu.

Makanan yang memiliki aroma kuat seperti durian, pete, jengkol, bawang merah dan bawang putih, sebaiknya dihindari.

Kita dapat mengonsumsi minuman seperti yogurt, teh hijau, hingga kopi untuk mencegah bau mulut.

"Yogurt memiliki kandungan bakteri baik yang dapat memerangi bakteri jahat. Sedangkan teh hijau mengandung polifenol, nah polifenol ini sifatnya anti-bakteri dan anti-inflamasi yang akan membunuh bakteri pada saluran pernapasan atas," jelasnya.

"Kopi juga bisa mencegah bau mulut karena kopi akan menyerap aroma tidak sedap. Tapi ingat, kopinya harus yang pahit, bukan kopi manis."

https://lifestyle.kompas.com/read/2021/04/16/161013420/kopi-pahit-dan-beragam-cara-lain-untuk-cegah-bau-mulut

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com