Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Sudah Diberi ASI tapi Bayi Masih Menangis, Apa Penyebabnya?

Konselor laktasi, dr Sara Elisa Wijono menjelaskan, bayi belum bisa berbicara. Oleh karena itu, menangis adalah cara mereka untuk minta tolong pada orangtuanya bahwa ada sesuatu yang membuatnya tidak nyaman.

Ada banyak hal yang bisa membuat bayi tidak nyaman. Mulai dari suhu ruangan yang terlalu panas, popok yang perlu diganti, ingin digendong oleh orangtuanya, takut sendirian, sakit, dan lainnya.

"Jadi kalau dia menangis enggak selesai-sselesai, kemungkinannya kita belum berhasil bikin dia nyaman, masalahnya belum teratasi sehingga bayinya menangis."

Demikian diungkapkannya dalam peluncuran produk terbaru Mama's Choice, Rabu (25/08/2021).

Dokter yang berpraktik di RS Bina Medika itu kerap menjelaskan kepada pasiennya yang kebanyakan adalah ibu-ibu yang baru melahirkan bahwa bayi juga merasakan perubahan besar dalam hidupnya.

Selama ini, bayi mengetahui hidupnya ada di dalam rahim dengan lingkungan yang lebih gelap, suara yang lebih teredam dan tidak berisik, hingga selalu merasa nyaman dan kenyang.

Semua situasi tersebut berubah ketika bayi lahir dan masa adaptasi mungkin membuatnya stres.

Masa adaptasi di lingkungan luar rahim biasanya berlangsung selama tiga bulan pertama kelahiran.

"Sehingga mungkin saja bayi di awal-awal nangis terus, ingin nempel terus, ingin dekat terus sama ibunya, itu perilaku wajar karena sedang menjalani adaptasi," tuturnya.

Bolehkah membiarkan bayi menangis?

Sara menegaskan, penting untuk segera merespons bayi ketika menangis. Hal itu dilakukan agar bayi tahu bahwa orangtuanya menjaganya.

"Dia butuh membangun kepercayaan dengan orangtuanya. Dia butuh apa, orangtua atau pengasuh akan menyediakannya sehingga terbentuk attachment antara bayi dan orangtua atau pengasuhnya," ujarnya.

Namun, beberapa orangtua mungkin sudah melakukan segala hal tapi bayinya masih terus menangis. Situasi tersebut sering kali menimbulkan kebingungan dan beberapa orangtua pada akhirnya memilih membiarkan bayinya yang menangis.

Dalam konteks tersebut, menurut Sara, orangtua sebetulnya sudah berusaha merespons anak. Hanya saja, ketika usaha tersebut terlihat belum berhasil, orangtua menjadi stres.

Pada situasi tersebut, orangtua bisa jeda sejenak dan menenangkan dirinya.

"Untuk kasus seperti itu, menuruku enggak apa-apa. Taruh bayi di boks bayi atau di tempat yang aman, kita bisa istirahat dulu sebentar 10-15 menit. Setelah merasa lebih tenang, baru bisa lanjut menghadapi bayi," ujar Sara.

https://lifestyle.kompas.com/read/2021/08/26/125800220/sudah-diberi-asi-tapi-bayi-masih-menangis-apa-penyebabnya

Terkini Lainnya

88 Persen Masyarakat Indonesia Mengalami Gigi Berlubang, Apa Penyebabnya?
88 Persen Masyarakat Indonesia Mengalami Gigi Berlubang, Apa Penyebabnya?
Wellness
Remaja Mudah Stres karena Media Sosial? Psikolog Ungkap Pemicunya
Remaja Mudah Stres karena Media Sosial? Psikolog Ungkap Pemicunya
Wellness
Takut Berotot? Irsani Luruskan Mitos Latihan Beban untuk Perempuan
Takut Berotot? Irsani Luruskan Mitos Latihan Beban untuk Perempuan
Wellness
Efek Berbahaya Gigi Berlubang, Salah Satunya adalah Penyakit Jantung
Efek Berbahaya Gigi Berlubang, Salah Satunya adalah Penyakit Jantung
Wellness
Waspadai 7 Tanda Bos yang Toxic, Bisa Ganggu Kesehatan Mental
Waspadai 7 Tanda Bos yang Toxic, Bisa Ganggu Kesehatan Mental
Wellness
4 Cara Aman Hadapi Kekerasan Berbasis Gender Online
4 Cara Aman Hadapi Kekerasan Berbasis Gender Online
Wellness
Saat Ibu Kehilangan Diri Pasca Melahirkan, Latihan Beban Justru Menyelamatkan Irsani
Saat Ibu Kehilangan Diri Pasca Melahirkan, Latihan Beban Justru Menyelamatkan Irsani
Wellness
Ramalan Zodiak Libra di Bulan Desember, Peluang Baru Menanti
Ramalan Zodiak Libra di Bulan Desember, Peluang Baru Menanti
Wellness
Cara Cinta Laura Atasi Insecure dan Membangun Percaya Diri
Cara Cinta Laura Atasi Insecure dan Membangun Percaya Diri
Beauty & Grooming
Dampak Jangka Panjang Screen Time, dari Gangguan Fisik hingga Perilaku
Dampak Jangka Panjang Screen Time, dari Gangguan Fisik hingga Perilaku
Parenting
Sering Scroll Medsos, Remaja Jadi Mudah Mencari Validasi Menurut Psikolog
Sering Scroll Medsos, Remaja Jadi Mudah Mencari Validasi Menurut Psikolog
Wellness
Dari Body Shaming Rita Sukses Capai Berat Badan Ideal Tanpa Olahraga
Dari Body Shaming Rita Sukses Capai Berat Badan Ideal Tanpa Olahraga
Wellness
Mengapa Efek Screen Time pada Kemampuan Bahasa Anak Bisa Berbeda-beda
Mengapa Efek Screen Time pada Kemampuan Bahasa Anak Bisa Berbeda-beda
Parenting
Cinta Laura Tak Tergiur Cara Instan Dapatkan Kulit Glowing
Cinta Laura Tak Tergiur Cara Instan Dapatkan Kulit Glowing
Beauty & Grooming
Luna Maya Ungkap Efek Rutin Minum Vitamin Kulit untuk Perlambat Penuaan
Luna Maya Ungkap Efek Rutin Minum Vitamin Kulit untuk Perlambat Penuaan
Beauty & Grooming
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com