Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

9 Makanan yang Tidak Boleh Dipanaskan dengan Microwave

KOMPAS.com - Microwave menjadi salah satu perangkat memasak yang kini cukup populer karena membuat segalanya menjadi lebih mudah dan praktis.

Bahkan, banyak orang menggunakan microwave untuk membuat berbagai hidangan yang mungkin tidak terpikirkan sebelumnya seperti oatmeal, cokelat panas, atau popcorn.

Namun, tanpa disadari, sering kali kita menggunakan microwave secara tidak benar untuk memanaskan kembali makanan, sehingga hal ini dapat menimbulkan risiko yang berbahaya.

Apalagi, microwave tidak dirancang untuk memasak makanan secara merata, yang artinya bakteri apa pun di dalam makanan yang dipanaskan masih akan bertahan.

Lalu, ada masalah ledakan gelombang mikro yang secara langsung berkontribusi pada produksi racun karsinogenik.

Nah, maka dari itu, untuk meminimalkan risiko microwave, jangan menggunakannya untuk memasak atau menghangatkan sembilan makanan seperti yang dilansir dari laman The Healthy berikut ini.

1. Telur rebus

Dikupas atau tidak, ketika telur rebus dimasak dalam microwave, uap air di dalamnya menciptakan penumpukan uap yang ekstrim, sehingga bisa membuat telur meledak.

Lebih menakutkan lagi, telur tidak akan pecah di dalam microwave saat sedang dipanaskan, tetapi setelah itu, yang berarti telur panas yang mendidih bisa pecah di tangan kita, di piring kita, atau bahkan di mulut kita.

Untuk menghindarinya, potong telur kecil-kecil sebelum dipanaskan kembali atau lebih baik lagi, hindari memasukkannya ke dalam microwave sama sekali.

2. Air susu ibu

Membekukan dan menyimpan air susu ibu (ASI) untuk persediaan memang ide yang bagus. Tapi, jangan pernah memanaskannya kembali di dalam microwave.

Memanaskan sebotol ASI secara tidak merata di microwave bisa menciptakan titik panas yang dapat membakar mulut dan tenggorokan bayi. Lalu, ada bahaya karsinogen yang datang dengan memanaskan plastik.

FDA merekomendasikan agar ASI dan susu formula dicairkan dan dipanaskan kembali dalam panci di atas kompor atau menggunakan air panas.

Sebagai solusinya, kita bisa memanaskan secangkir air dalam microwave dan kemudian memasukkan kantong atau botol ASI ke dalamnya untuk mencairkan.

3. Daging olahan

Daging olahan sering mengandung bahan kimia dan pengawet yang memperpanjang umur simpannya.

Oleh sebab itu, memanaskan daging olahan di dalam microwave dapat membuat zat tersebut lebih buruk bagi kesehatan kita.

Menurut penelitian di Journal of Agricultural and Food Chemistry, mengonsumsi daging olahan yang dipanaskan di microwave  membuat kita terpapar zat kimia seperti kolesterol teroksidasi.

Sebuah studi dalam jurnal Food Control juga menunjukkan bahwa memanaskan kembali daging olahan dengan microwave berkontribusi pada pembentukan produk oksidasi kolesterol (COP), yang telah dikaitkan dengan perkembangan penyakit jantung koroner.

Dibandingkan dengan makanan lainnya, memanaskan daging olahan dengan microwave jauh lebih mungkin membuatnya membentuk COP ke dalam makanan kita.

4. Nasi

Menurut Food Standards Agency, nasi yang dipanaskan dengan microwave terkadang bisa menyebabkan keracunan makanan.

Masalah ini melibatkan bakteri yang sangat resisten yang disebut Bacillus cereus.

Sementara itu, berdasarkan hasil temuan di International Journal of Food Microbiology, suhu panas memang membunuh bakteri ini, tetapi juga dapat menghasilkan spora beracun yang justru tahan panas.

Sejumlah penelitian mengonfirmasi bahwa begitu nasi dikeluarkan dari microwave dan dibiarkan pada suhu kamar, spora apa pun yang dikandungnya dapat berkembang biak dan menyebabkan keracunan makanan jika kita mengonsumsinya.

Seperti yang dijelaskan di situs web keamanan pangan pemerintah AS, B. cereus adalah jenis bakteri yang menghasilkan racun.

Racun ini dapat menyebabkan dua jenis penyakit. Satu jenis yang ditandai dengan diare dan yang lainnya yakni toksin emetik ditandai dengan mual dan muntah.

Untuk menghindari nasi terkontaminasi, panaskan sampai hampir mendidih dan kemudian jaga agar tetap hangat atau di atas suhu 60 derajat C.

5. Ayam

Hal terpenting yang harus disadari tentang gelombang mikro adalah bahwa panasnya tidak selalu membunuh bakteri karena gelombang mikro memanaskan dari luar ke dalam, bukan dari dalam ke luar.

Dengan demikian, makanan yang dipanaskan kembali rawan terhadap bakteri tertentu dan memiliki risiko lebih tinggi menyebabkan penyakit ketika sel-sel bakteri ini bertahan hidup.

Mengingat hal ini, kita dapat melihat mengapa ayam, yang berisiko terkontaminasi salmonella, bisa menjadi makanan berbahaya meski dipanaskan menggunakan microwave.

Sebelum makan ayam, kita harus memasaknya secara menyeluruh untuk menghilangkan semua bakteri yang ada.

Karena microwave tidak memasak semua bagian daging, kemungkinan besar masih ada bakteri yang masih hidup seperti salmonella.

Dalam sebuah penelitian, dari 30 peserta yang memanaskan kembali daging mentah, 10 orang yang menggunakan microwave menjadi sakit, sedangkan 20 orang yang menggunakan wajan baik-baik saja.

Ini menunjukkan berapa banyak bakteri yang dapat bertahan dalam daging saat dipanaskan menggunakan microwave, dibandingkan dengan metode memasak lainnya.

6. Sayuran hijau

Jika kita ingin menyimpan seledri, kangkung, atau bayam untuk dimakan nanti sebagai cadangan makanan, pastikan kita tidak memanaskannya dengan microwave.

Karena ketika memanaskannya dengan microwave, nitrat yang terbentuk secara alami dapat berubah menjadi nitrosamin yang dapat bersifat karsinogenik.

7. Cabai

Saat cabai dipanaskan kembali dalam microwave, capsaicin — zat kimia yang memberi rasa pedas — akan terlepas ke udara.

Di udara, bahan kimia tersebut dapat membakar mata dan tenggorokan kita. Bahkan, ini dapat menyebabkan seluruh orang di ruangan mulai batuk dan kesulitan bernapas.

8. Buah anggur

Buah anggur yang dipanaskan dengan microwave akan membuat plasma ketika gas terionisasi dan memungkinkan adanya aliran listrik.

Dalam sebuah video, dosen fisika di University of New England, Stephen Bosi, PhD, menunjukkan dua potong anggur biasa dalam microwave dapat membuat plasma yang cukup untuk melelehkan lubang melalui wadah plastik.

Buah anggur juga menjebak uap di bawah daging, artinya buah ini bisa meledak saat dipanaskan.

9. Kentang

Memanaskan kembali kentang yang sudah dimasak ke dalam microwave akan menyebabkan timbulnya bakteri C botulinum.

Sehingga, ketika kita mengonsumsi kentang yang dipanaskan dengan menggunakan microwave, maka kita bisa terkena botulime atau seperti keracunan.

https://lifestyle.kompas.com/read/2021/10/30/123840420/9-makanan-yang-tidak-boleh-dipanaskan-dengan-microwave

Terkini Lainnya

88 Persen Masyarakat Indonesia Mengalami Gigi Berlubang, Apa Penyebabnya?
88 Persen Masyarakat Indonesia Mengalami Gigi Berlubang, Apa Penyebabnya?
Wellness
Remaja Mudah Stres karena Media Sosial? Psikolog Ungkap Pemicunya
Remaja Mudah Stres karena Media Sosial? Psikolog Ungkap Pemicunya
Wellness
Takut Berotot? Irsani Luruskan Mitos Latihan Beban untuk Perempuan
Takut Berotot? Irsani Luruskan Mitos Latihan Beban untuk Perempuan
Wellness
Efek Berbahaya Gigi Berlubang, Salah Satunya adalah Penyakit Jantung
Efek Berbahaya Gigi Berlubang, Salah Satunya adalah Penyakit Jantung
Wellness
Waspadai 7 Tanda Bos yang Toxic, Bisa Ganggu Kesehatan Mental
Waspadai 7 Tanda Bos yang Toxic, Bisa Ganggu Kesehatan Mental
Wellness
4 Cara Aman Hadapi Kekerasan Berbasis Gender Online
4 Cara Aman Hadapi Kekerasan Berbasis Gender Online
Wellness
Saat Ibu Kehilangan Diri Pasca Melahirkan, Latihan Beban Justru Menyelamatkan Irsani
Saat Ibu Kehilangan Diri Pasca Melahirkan, Latihan Beban Justru Menyelamatkan Irsani
Wellness
Ramalan Zodiak Libra di Bulan Desember, Peluang Baru Menanti
Ramalan Zodiak Libra di Bulan Desember, Peluang Baru Menanti
Wellness
Cara Cinta Laura Atasi Insecure dan Membangun Percaya Diri
Cara Cinta Laura Atasi Insecure dan Membangun Percaya Diri
Beauty & Grooming
Dampak Jangka Panjang Screen Time, dari Gangguan Fisik hingga Perilaku
Dampak Jangka Panjang Screen Time, dari Gangguan Fisik hingga Perilaku
Parenting
Sering Scroll Medsos, Remaja Jadi Mudah Mencari Validasi Menurut Psikolog
Sering Scroll Medsos, Remaja Jadi Mudah Mencari Validasi Menurut Psikolog
Wellness
Dari Body Shaming Rita Sukses Capai Berat Badan Ideal Tanpa Olahraga
Dari Body Shaming Rita Sukses Capai Berat Badan Ideal Tanpa Olahraga
Wellness
Mengapa Efek Screen Time pada Kemampuan Bahasa Anak Bisa Berbeda-beda
Mengapa Efek Screen Time pada Kemampuan Bahasa Anak Bisa Berbeda-beda
Parenting
Cinta Laura Tak Tergiur Cara Instan Dapatkan Kulit Glowing
Cinta Laura Tak Tergiur Cara Instan Dapatkan Kulit Glowing
Beauty & Grooming
Luna Maya Ungkap Efek Rutin Minum Vitamin Kulit untuk Perlambat Penuaan
Luna Maya Ungkap Efek Rutin Minum Vitamin Kulit untuk Perlambat Penuaan
Beauty & Grooming
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com