Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Memasak dengan Air Fryer Lebih Boros Listrik daripada Oven?

KOMPAS.com - Memasak dengan air fryer dapat menjadi solusi untuk membuat masakan yang lebih sehat tanpa penggunaan atau dengan sedikit minyak goreng.

Alat masak ini juga dapat mengolah makanan dengan lebih cepat, sehingga kita tidak perlu menunggu lama hingga hidangan siap tersaji di meja makan.

Air fryer pada umumnya hadir dalam kapasitas tertentu, tergantung ukuran, model, fitur dan fungsinya.

Tapi masalahnya, air fryer adalah alat masak yang menggunakan lebih banyak energi dibandingkan oven listrik.

Melansir Tech Radar, jumlah energi yang digunakan setiap air fryer tergantung pada model dan merek air fryer. Namun rata-rata alat ini memiliki daya listrik 1.500 watt.

Cara kerja air fryer dapat dipertimbangkan lagi dengan menghitung penggunaan listriknya.

Contohnya sebuah air fryer yang memiliki daya 1.500 watt. Jika kita mengalikan listrik selama 30 menit penggunaan dan membaginya dengan 1.000, kita memakai total 0,75 kWh.

Sedangkan sebuah oven listrik yang memiliki daya 3000 watt akan menggunakan 1.500 kWh selama periode 30 menit yang sama. Perhitungan ini bisa sama karena oven listrik tidak menggunakan daya penuh ketika bekerja.

Biaya yang dikeluarkan tergantung pada tarif listrik per kWh di tempat kita tinggal, tetapi seperti kebanyakan peralatan kecil seperti air fryer cenderung tidak menggunakan energi dalam jumlah besar, asal digunakan sesuai kebutuhan.

Air fryer Vs oven listrik

Untuk mengolah makanan dengan cepat, penggorengan udara ini menjaga sirkulasi panas secara terus menerus sampai makanan matang.

Lain hal dengan oven yang hanya bekerja setelah mencapai suhu optimal, lalu mempertahankan panas menggunakan termostat daripada menggunakan energi listrik secara terus menerus.

Artinya, air fryer membutuhkan penggunaan energi yang konstan, sedangkan oven listrik tidak. Oleh karena itu, penggunaan air fryer sebenarnya tidak disarankan dalam jangka waktu yang lama.

Berdasarkan review yang sudah dilakukan Tech Radar, tim tersebut menganalisa penggunaan dua alat elektronik yang kerap digunakan untuk memasak.

Sebagai perbandingan, air fryer digunakan untuk memasak makanan yang banyak lemak.

Untuk membuat masakan cepat matang, alat ini terus mengedarkan suhu panas ke seluruh keranjang makanan sehingga mesin harus tetap dinyalakan.

Lain hal dengan oven yang dapat berhenti bekerja ketika mencapai suhu optimal dan mempertahankan suhu panas.

Artinya penggunaan air fryer memang lebih hemat waktu ketimbang oven listrik dalam memasak makanan. Tapi, mesin yang terus menyala dapat membuatnya boros listrik.

Ketika sesekali digunakan, tagihan listrik tidak akan membengkak karena dayanya lebih kecil ketimbang oven yang rata-rata berdaya 3.000 hingga 6.000 watt tergantung modelnya.

Namun karena keterbatasan kapasitas ruang, air fryer sering digunakan berkali-kali untuk memasak porsi yang lebih banyak.

Apalagi jika menggunakan air fryer sebagai alat masak utama ketimbang metode memasak lain. Penggunaan yang seperti ini tentu bisa bikin tagihan listrik membengkak.

 

https://lifestyle.kompas.com/read/2022/03/23/084629020/memasak-dengan-air-fryer-lebih-boros-listrik-daripada-oven

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com